Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Skybridge KAI Bojonggede, Solusi atau Masalah Baru?

5 April 2024   20:21 Diperbarui: 6 April 2024   02:10 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diresmikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pada Sabtu 9 Desember 2023 lalu, Skybridge atau Jembatan Penyeberangan Layang yang terletak di kabupaten Bogor ini didirikan untuk menghubungkan Stasiun Kereta Rel Listrik/ KRL Bojonggede dengan Terminal Tipe C.

Terminal Tipe C sendiri merupakan salah satu tipe terminal yang membutuhkan perhatian khusus dalam perencanaan pembangunannya, karena terminal ini merupakan jembatan penghubung bagi pergerakan yang terjadi di kota dengan desa.

Dengan dibangunnya skybridge ini, pemerintah setempat berharap keberadaannya dapat mengurangi kesemrawutan kondisi lalu lintas yang ada di sekitar stasiun Bojonggede. Terutama kemacetan yang kerap terjadi sepanjang hari di pintu selatan stasiun.

Karena selain menjadi akses keluar masuknya penumpang KRL, ruas jalan yang berada di sepanjang pintu selatan ini adalah jalan utama menuju pasar tradisional Bojonggede. Dapat dipastikan angkot dari beberapa trayek merajai ruas jalan ini.

Tak hanya itu, deretan tukang ojek yang ngetem di sepanjang pintu selatan ikut memperparah kondisi ini. Dan tak mau ketinggalan pula, banyaknya pedagang kaki lima di sepanjang jalan ini.

Mengatasi kondisi tersebut, maka pemerintah setempat memulai proyek pembangunan skybridge ini pada Juni 2022 lalu.

Lalu pada praktiknya di lapangan, apakah benar pendirian Sky Bridge Bojonggede telah berfungsi sebagaimana yang diharapkan pemerintah setempat?

Semenjak pintu selatan stasiun Bojonggede ditutup total, tentu saja ruas jalan yang berada di pintu selatan tampak selalu lengang. Sangat jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya.

menuju pintu selatan yg sudah ditutup, dulu tidak lengang begini | dokpri Feb '24
menuju pintu selatan yg sudah ditutup, dulu tidak lengang begini | dokpri Feb '24

Tak ada lagi pejalan kaki, supir angkot, tukang ojek, pengendara mobil pribadi dan pengendara motor yang saling senggol dan adu mulut akibat jalan yang semrawut.

Karena masyarakat pengguna KRL harus masuk dan keluar stasiun melalui pintu utama Sky Bridge yang berada di dalam terminal.

akses keluar masuk penumpang krl dalam terminal | sumber gambar: kompas.id
akses keluar masuk penumpang krl dalam terminal | sumber gambar: kompas.id

kondisi saat sepi skybridge bojonggede | sumber gambar: kompas.id
kondisi saat sepi skybridge bojonggede | sumber gambar: kompas.id

Tapi apa imbasnya? Seperti yang tampak pada gambar di bawah ini, bahwa setiap jam pulang kerja, kendaraan pribadi terutama kendaraan roda dua semua bertumpuk di pintu perlintasan kereta.

Hal ini disebabkan kebanyakan masyarakat enggan menggunakan skybridge, meskipun tujuan mereka adalah pintu selatan yang notabene searah dengan tempat tinggal mereka.

Bagaimana tidak enggan? Bayangkan saja ketika sudah lelah berdiri sepanjang perjalanan di dalam KRL, masyarakat masih harus berjalan kaki menyusuri skybridge sepanjang 245 meter untuk dapat mencapai keberadaan angkot, ojek dan area penitipan motor.

menuju pintu lintasan kereta, dari arah pintu utara stasiun menuju ke selatan | dokpri Maret '24
menuju pintu lintasan kereta, dari arah pintu utara stasiun menuju ke selatan | dokpri Maret '24

Dan mereka yang biasa menitipkan motornya di penitipan pintu selatan, memilih menitipkan motornya di penitipan pintu utara stasiun. Demi menghindari berjalan kaki di atas skybridge.

Tentu saja para pemilik motor ini harus menyeberang lebih dulu melalui pintu perlintasan kereta, yang nantinya akan membawa mereka menuju arah selatan stasiun yang juga merupakan arah tempat tinggal mereka. Maka hal inilah yang menyebabkan adanya penumpukan kendaraan di pintu perlintasan kereta.

Secara logika, lebih bahaya mana kendaraan menumpuk di sepanjang ruas jalan utama, ataukah kendaraan menumpuk di pintu perlintasan kereta?

Meski ada petugas yang mengatur, tapi setiap kali menyeberang di atas pintu perlintasan ini, saya selalu saja deg-degan. Karena seolah semua pengendara tak ada yang mau mengalah, kerap saling serobot karena takut keburu kereta lewat.

spanduk info penutupan pintu selatan | dokpri.
spanduk info penutupan pintu selatan | dokpri.

Penutupan total pintu selatan stasiun juga memberi dampak bagi pelaku usaha jasa penitipan motor di pintu selatan yang kian sepi. Kios-kios pedagang juga terlihat sepi. Serta menghilangnya aktivitas pedagang kaki lima di sepanjang pintu selatan ini.

Sementara pedagang tidak bisa seenaknya berjualan di dalam terminal, yang merupakan akses keluar masuk baru pengguna KRL yang tadinya menggunakan akses pintu selatan.

Kira-kira sejauh mana kajian yang telah dilakukan pemerintah setempat sebelum memutuskan pembangunan skybridge ini, benarkah lebih banyak manfaatnya ketimbang mudharatnya? Hanya Tuhan yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun