Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Roman Artikel Utama

Cerpen: Jatuh di Pelukan Papamu

8 Maret 2024   18:36 Diperbarui: 22 Mei 2024   08:00 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Siluet perempuan. (Sumber: Pixabay/Pexels)

Akhirnya hubungan pertemanan itu kian memudar. Keduanya semakin enggan untuk memulai komunikasi, mereka telah menjauh hingga akhirnya kini sama sekali tak pernah saling mengabari lagi. Mereka berada pada jalannya masing-masing.

Sekian lama tak mendengar kabar Arfan, tak lantas membuat Rani melupakan lelaki itu begitu saja. Meski kini Rani sedang menjalin kasih dengan seorang pria yang sudah jauh lebih tua. Rani yang berusia tiga puluh lima tahun dengan duda ditinggal mati, yang berusia dua puluh lima tahun lebih tua darinya.

Bukan karena materi, tapi Rani menemukan sosok pria yang dermawan, penuh kehangatan dan mampu mengayomi dirinya. Meski cinta belum tumbuh mekar di hati Rani, tapi ia telah merasa nyaman di sisi pria itu. Pria yang selalu mengatakan bahwa dirinya mencintai Rani.

Suatu hari pria yang bernama Erman itu, berniat mengenalkan Rani kepada keempat orang anaknya. Beliau pun mengundang keempat anak serta mantunya untuk makan siang bersama pada hari Minggu yang tampak mendung itu.

Agenda perkenalan Rani dan makan siang bersama telah berjalan dengan lancar. Erman mengenalkan Rani sebagai calon yang akan mendampinginya di sisa usianya itu. Anak-anak serta menantu telah menerima kehadiran Rani dengan hati terbuka. 

Mereka senang dapat berbincang dan tertawa bersama Rani. Kecuali satu, anak tertua Erman yang merasa tak senang dengan kehadiran Rani di tengah keluarga mereka. Dan mencari celah waktu dirinya dapat menarik tubuh Rani untuk bicara empat mata.

"Kamu masih waras, Ran? Apa maksud kamu pacarin papa aku?"

"Hah? Papa kamu yang duluan deketin aku. Semenjak kenalan di acara amal di sekolah itu, papa kamu duluan yang hubungin aku."

"Harusnya kamu ngga perlu tanggepin! Emang dasar kamu ada maksud kan?"

"Maksud apa? Aku nanggepin papa kamu karena aku tau dia orang yang baik, tulus, butuh teman ngobrol. Aku ngga pernah bermaksud apapun. Lagi pula sekarang kamu udah punya keluarga sendiri, kamu ngga perlu ikut campur dalam hubungan aku dan papa kamu."

Mendengar semua ucapan Rani, Arfan mengepalkan tangannya dan meninju dinding di balik tubuh Rani. Lelaki itu kehabisan kata, kedua matanya membulat menatap kedua mata wanita yang ada di hadapannya kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun