Ribuan hari dilalui penuh harap
Musim demi musim tanpa terasa
Kau masih satu-satunya
bertengger dalam sanubari
Sungguh penantian yang merana
Namun tak kuasa kaki berlari
kala awan hitam menahan langkah
memaksa harus dan harus menanti
kau yang tak pernah pasti
Di sini burung berkicau
rupanya angan menitipkan pesan
Jangan ke mana-mana dulu
Karena satu hal yang pasti
kembalilah, kau peredam emosiku
Bogor, Februari 2024
di penghujung malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Cerpen: Ku Tunggu Kau di Gerbang Sekolah
Baca juga: Seandainya Tak Berandai-andai
Baca juga: Cerpen: Pertemuan di Meja Makan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!