Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Lara Hati Ibunda

3 Februari 2024   21:41 Diperbarui: 3 Februari 2024   21:44 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.pexels.com/id-id/foto/merah-berhenti-lampu-lalulintas-sinyal-lalu-lintas-11060589/

Sebuah sudut lengkung yang manis sekejap terlukis di bibir Nining seiring kepalanya yang mengangguk. Dengan seliter beras dalam pelukannya, ia berlarian kecil ke dalam. Remaja kelas 2 SMP itu segera melaksanakan titah sang ibu. Dirinya pun sudah tak tahan ingin segera menyudahi rasa kelaparan itu.

Bu Arum belum juga beranjak dari tempatnya. Dalam gelap keheningan, ia meresapi luka dalam jiwanya. Betapa sungguh kekecewaan itu tak dapat lagi digambarkan dengan kata-kata. Pedih, tiap kali mengingat kepergian sang suami yang tak pernah kembali lagi. Dirinya sudah lelah untuk menerka-nerka sendiri, mengapa lelaki itu tak kunjung kembali? Masihkah ia hidup atau sudah mati di tanah orang?

Hanya berpasrah dan melanjutkan hidup bersama kedua anaknya, itulah saja yang dapat Bu Arum lakukan. Bahkan air mata pun sudah tak sanggup menetes lagi. Kejamnya hidup telah menjadikannya sosok wanita yang mati rasa.

"Mak, ayo masuk. Nanti Nining pijat." seru anak gadisnya memunculkan kepala dari balik pintu.

Bu Arum pun menoleh, tersadar dari lamunannya. Tersenyum menyambut ajakan yang terdengar sarat ketulusan itu. Lantas membuatnya beranjak dari duduknya.

"Mamak mau mandi dulu. Kamu nggak kerjakan PR, nduk? Mamak ngga usah dipijat. Besok-besok saja."

"Nining ngga ada PR kok, Mak. Nanti Nining pijat ya..."

"Sudah Ning, ngga usah. Makasih." sembari tersenyum Bu Arum berlalu menuju kamar mandi.

Nining merasa sedih. Gadis itu hanya ingin menyenangkan ibunya dengan hal sederhana yang saat ini sanggup dilakukannya. Setidaknya untuk menghibur dan mengurangi lelah yang dirasakannya. Meski sang ibu tak pernah terdengar mengeluh, namun sesungguhnya Nining sangat memahami lara dalam hati wanita itu.

Sementara sang ibu, juga tak ingin menyusahkan anak gadisnya lagi. Tak inginkan Nining kelelahan. Nining sudah membantunya menjaga Ihsan serta meringankan pekerjaan rumah tangga, Bu Arum sangat bersyukur. Sekaligus merasa sangat bersalah, merasa tak becus menjadi seorang ibu. Kalau bukan karena dapat bantuan dari Bu RT, mungkin Nining dan Ihsan sudah tidak dapat bersekolah lagi.

Bu Arum tak ingin mengganggu pikiran Nining dan Ihsan dengan hal-hal lain. Ia hanya ingin mereka melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar. Biarlah, demi kedua anaknya, derita hidup rela ditelannya seorang diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun