Melalui kisah berikut, kita akan semakin menyadari betapa pentingnya mengenali dan menggali bakat anak-anak sejak dini. Serta mendukung minat mereka dengan beragam cara yang positif. Sehingga tidak ada lagi istilah kuliah jurusan ini karena disuruh orang tua atau hanya sekedar ikut-ikut teman atau bahkan ikut jurusan yang lagi ngetrend.
Seorang mahasiswa semester VIII, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang bernama Kriesna Bagus, telah mengambil jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Sejak di bangku SMP, minatnya terhadap bidang keolahragaan tampak semakin kuat. Ketika SMA pun dirinya tak pernah melewatkan kesempatan yang datang untuk lebih mengeksplor bakatnya tersebut. Salah satunya ia sering ambil bagian dalam kompetisi futsal dan sepak bola antar sekolah. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk fokus menekuni bidang olahraga, setelah sepenuhnya meyakinkan diri sendiri dan kedua orang tuanya akan bakat serta bidang yang ia minati.
Mahasiswa yang tampak mungil dibanding teman-teman sebayanya ini, memasang target kelulusannya di tahun 2024. Dengan IP 3.6 yang diperolehnya kemarin, ia optimis dapat lulus tepat waktu dengan gelar S.Pd.KOR nantinya.
Kriesna Bagus yang merupakan mahasiswa rantauan dari Bogor, tentu sudah memiliki beragam cerita pahit manisnya selama berkuliah delapan semester ini. Apalagi ia harus berada jauh dari kedua orang tua dan keluarga besarnya. Tak perlu diceritakan lagi soal keuangan, tentu saja ia harus berusaha untuk mendapatkan uang saku sendiri ketika kiriman yang diharapkan belum kunjung tiba.
Sosok dirinya yang aktif dan mudah bergaul dengan siapa saja, membuatnya memiliki banyak kenalan. Dan hal tersebut tentu saja membuatnya mudah mendapat banyak informasi, terutama informasi yang menyangkut pekerjaan sampingan yang sesuai dengan bidangnya. Maka ia pun memanfaatkan bakat yang ia miliki serta pendalaman yang telah didapat selama berkuliah.
Kesibukannya kini selain berkuliah adalah menjadi pelatih futsal bagi anak-anak setingkat TK dan SD. Meski kegiatan ini diluar jam sekolah, namun kegiatan yang dilakukan 4 hingga 5 kali dalam sebulan ini tetap didukung dan diawasi oleh pihak sekolah. Sehingga pihak sekolah lah yang memberinya upah.
Ia juga kerap diminta menjadi wasit pada beberapa pertandingan futsal dan sepak bola yang diadakan pada event-event tertentu. Tak hanya itu, di waktu luangnya terkadang ia isi dengan menjadi driver shopee food.
Namun, sejauh ini pengalaman paling menarik yang ia rasakan adalah bagaimana ia harus menghadapi masing-masing karakter anak muridnya dan dirinya yang suka dijadikan sasaran caci maki oleh pemain saat dirinya menjadi wasit. Terkadang kan, pemain tidak terima jika dibilang melakukan pelanggaran. Alhasil, wasit yang jadi sasaran.