Hampir genap tiga tahun, Tiara dan Arini menjalani hari-hari mereka di sekolah. Salah satu SMA terfavorit di sudut kota Jakarta. Muridnya pintar-pintar, rata-rata juga berasal dari SMP ternama. Begitulah wajah SMA itu jika dipandang masyarakat luas.
Oh ternyata, di dalamnya banyak anak orang kaya yang otaknya pas-pasan. Tapi, jelas mampu beli kursi dan nebeng image sama yang beneran pintar. Biar ikut disangka pintar.
Tiara dan Arini duduk sebangku di kelas 3 IPS. Dulu mereka kenalan waktu di kelas 2, tidak sengaja sekelas saat pembagian jurusan IPA dan IPS. Sejak saat itulah keduanya berteman akrab. Lalu sebelum tiba waktunya kenaikan kelas 3, keduanya mendatangi ruang BK (Bimbingan Konseling) guna memohon pada guru BK agar mereka disatukan lagi di kelas 3.
"Eh, ada apa Tiara?" tanya bu Retno, guru BK yang lebih sering stand by di ruangannya ketimbang dua orang guru BK yang lain.
"Hmm, ini Bu... Sebentar lagi kan kenaikan kelas, saya sama Arini mau minta tolong Bu."
"Iya Bu. Tolong jangan pisahin kita ya Bu. Kita pingin tetap sekelas. Bisa kan Bu?" ucap Arini yang ikut membuka mulut di hadapan bu guru.
"Hahaha. Kalian ini, seperti anak SD saja. Maunya ikut teman."
"Tapi bisa kan Bu?" tanya Tiara seolah mendesak jawaban yang pasti.
"Hmm, sekarang kalian di IPS berapa ya?"
"IPS 2 Bu" jawab Arini.