Kebijakan wajib belajar 13 tahun yang baru-baru ini diinisiasi oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti adalah langkah ambisius yang bertujuan untuk memperluas akses pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini tidak hanya mencakup pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga menambahkan satu tahun pendidikan anak usia dini (PAUD). Meskipun kebijakan ini memiliki potensi untuk membawa perubahan positif dalam sistem pendidikan, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan dikritisi.
Peluang dan Manfaat Kebijakan
- Peningkatan Kualitas Pendidikan. Pendidikan anak usia dini memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan memasukkan PAUD sebagai bagian dari wajib belajar, anak-anak akan memiliki fondasi yang lebih kuat sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar. Ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat dasar, mengurangi angka putus sekolah, dan meningkatkan tingkat literasi dan numerasi anak-anak Indonesia.
- Pemerataan Akses Pendidikan. Salah satu tujuan utama kebijakan ini adalah memastikan bahwa semua anak di Indonesia, termasuk yang berada di daerah terpencil, memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas. Kerja sama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) untuk memastikan setiap desa memiliki satuan pendidikan TK adalah langkah positif untuk mencapai pemerataan akses pendidikan.
- Penanaman Nilai dan Karakter Sejak Dini. Dengan memulai pendidikan formal sejak usia dini, anak-anak dapat lebih dini menerima pendidikan karakter dan nilai-nilai moral yang penting. Ini diharapkan dapat membentuk generasi yang lebih berintegritas dan berakhlak baik di masa depan.
Tantangan dan Kritik
- Kesiapan Infrastruktur dan Sumber Daya. Salah satu tantangan terbesar dari kebijakan ini adalah kesiapan infrastruktur dan sumber daya pendidikan. Banyak daerah di Indonesia yang masih kekurangan fasilitas pendidikan dasar yang memadai, apalagi untuk pendidikan usia dini. Diperlukan investasi besar untuk membangun dan merenovasi fasilitas pendidikan agar sesuai dengan standar yang diinginkan.
- Kualitas Guru PAUD. Kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas gurunya. Namun, di banyak daerah, guru PAUD masih kurang dalam hal kualifikasi dan pelatihan. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru PAUD harus menjadi prioritas agar kebijakan ini dapat berhasil.
- Beban Anggaran. Implementasi kebijakan wajib belajar 13 tahun akan memerlukan anggaran yang besar. Pemerintah harus memastikan bahwa anggaran yang dialokasikan cukup dan digunakan secara efisien. Selain itu, perlu ada strategi untuk mengurangi beban biaya bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang kurang mampu.
- Kesenjangan Antardaerah. Kebijakan ini harus mempertimbangkan kesenjangan antardaerah. Ada daerah yang mungkin lebih siap secara infrastruktur dan sumber daya dibandingkan daerah lain. Oleh karena itu, implementasi kebijakan ini harus dilakukan dengan pendekatan yang kontekstual, disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
Sebagai mahasiswa pendidikan matematika UIN Sunan Kalijaga, Novia Pitriyani berpendapat bahwa PAUD memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan membangun fondasi pembelajaran matematika pada anak. Pendidikan yang dirancang dengan baik dapat menanamkan konsep dasar matematika, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta membentuk sikap positif terhadap matematika. Manfaat dari pendidikan anak usia dini dalam pembelajaran matematika akan terasa hingga anak dewasa, memberikan mereka kemampuan analitis dan praktis yang dibutuhkan untuk sukses dalam kehidupan dan karir.Â
Fatimatuzzahra atau akrab disapa fatima sebagai mahasiwa Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Suanan Kalijaga menyambut baik kebijakan ini karena memberikan pengakuan lebih terhadap pentingnya PAUD dalam sistem pendidikan nasional. Fatima melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme di bidang PAUD. Namun, ada juga kekhawatiran terkait kesiapan lapangan kerja bagi calon guru PAUD dan perlunya dukungan lebih lanjut dari pemerintah dalam hal pelatihan dan pengembangan profesional.
Kebijakan wajib belajar 13 tahun adalah langkah maju yang ambisius dan penuh potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, dan anggaran. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk memastikan implementasi yang efektif dan berkelanjutan. Sebagai mahasiswa yang peduli terhadap pendidikan, kita perlu terus mengawal dan memberikan masukan konstruktif terhadap kebijakan ini agar dapat membawa manfaat maksimal bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H