Mohon tunggu...
Novia Nurhayati
Novia Nurhayati Mohon Tunggu... Novelis - Bio-Sastra

Alumni Jurusan Pendidikan Biologi di UIN JKT yang suka banget sama sastra :) Bukan penulis profesional, tapi sudah memiliki 5 buku terbit dan menjadi kontributor Puisi dan Cerpen di beberapa Event Lomba Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kombinasi IPTEK dan Sains Masa Depan

23 Mei 2017   12:17 Diperbarui: 23 Mei 2017   12:33 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dewasa ini kita mengetahui bahwa pendidikan tentang sains di Indonesia tidak begitu berkembang seperti di Negara lain dan minat siswa pada sains tidak terlalu signifikan. Bahkan persaingan di masa depan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, diharapkan agar siswa dapat meningkatkan kreativitasnya dengan diberikan berbagai macam masalah dari fenomena yang telah terjadi di masyarakat. Agar mereka dapat berfikir kritis dan berfikir lebih luas untuk mencari tahu solusi yang tepat untuk mengatasinya serta memotivasi mereka untuk mencari akar dari permasalahan dari fenomena tersebut. Ini dimaksudkan agar para siswa siap bersaing di era modern serta memacu rasa ingin tahu mereka lebih jauh terhadap perkembangan sains. Saya memilih judul “Kombinasi IPTEK dan Sains di Masa Depan” karena saya berfikir bahwa kombinasi antara IPTEK dengan sains sangat penting, karena semakin lama IPTEK akan semakin berkembang pesat, ini juga dapat membantu perkembangan sains khususnya dalam penelitian ilmiah. Dan isu yang saya gunakan dalam essay ini adalah “Rendahnya Pendidikan Sains di Indonesia”, karena ini sangat penting juga untuk dibahas, agar Negara kita bisa selangkah lebih maju dalam pendidikan sains khususnya dalam literasi sains.

     Terkait dengan perkembangan sains yang semakin canggih dan lebih luas. Dalam hal ini diperlukannya penerapan “Literasi Sains”. Terdapat studi internasional yang digunakan untuk melihat tingkatan kemampuan literasi sains yaitu OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan diadakan setiap tiga tahun sekali yang dimulai sejak tahun 2000. Studi tersebut dinamakan PISA (Programme for International Student Assessment). Dan Indonesia telah mengikutiya beberapa kali. Literasi sains adalah kata Literasi sains (science literacy, LS) berasal dari dua kata Latin, yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan, dan scientia yang artinya memiliki pengetahuan. Literasi sains adalah kemampuan setiap individu untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam memecahkan persoalan yang berkaitan dengan sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari (OECD, 2014).

Mengapa literasi sains begitu penting?. Pertama, pemahaman IPA menawarkan  pemenuhan personal dan kegembiraan, keuntungan untuk dibagikan dengan siapa pun. Kedua, negara-negara dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan dihadapkan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil  keputusan dan kepentingan orang banyak yang perlu di informasikan seperti, udara, air dan  hutan. Pemahaman IPA dan kemampuan dalam IPA juga akan meningkatankan kapasitas  siswa untuk memegang pekerjaan penting dan  produktif di masa depan. Masyarakat bisnis  memerlukan pekerja pemula yang siap.

           Dalam hal ini kita tahu bahwa sains di Indonesia tidak akan berkembang jika tidak adanya peningkatan pembelajaran IPA dengan penerapan literasi sains dimana siswa dihadapkan dengan berbagai masalah tentang sains yang terjadi sehari-hari. Dengan begitu para siswa tak berfikir monoton atau itu-itu saja yang diajarkan dari tahun ke tahun, tetapi siswa belajar untuk mengeksplor lewat IPTEK yang semakin canggih bisa digunakan untuk media pembelajaran sains.

           Jika literasi sains ini dikaitkan dengan Kurikulum SMP 2013, mungkin sangat membantu karena siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah khususnya dengan menggunakan konsep-konsep sains, mengenal teknologi yang ada beserta dampaknya di sekitar, kreatif membuat produk teknologi sederhana dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang ada. Jadi, diharapkan pendidikan sains di Indonesia lebih ditingkatkan dan lebih di fasilitasi lagi, misalnya dalam masalah penilitian ilmiah agar siswa tidak dibatasi untuk terus mengasah kreatifitasnya.

           Namun, tak hanya siswa yang harus didik tentang bagaimana mengembangkan sains, peran guru dalam hal ini tak kalah penting, guru juga harus mengarahkan siswanya bagaimana dan apa yang harus diselesaikan terkait masalah-masalah atau fenomena tentang sains yang dapat dijelaskan dengan berbagai pemikiran siswa. Karena bahwasannya setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk berhubungan dalam percakapan dan debat publik secara cerdas berkenaan dengan isu-isu penting yang melibatkan IPTEK dan sains modern. Siswa-siswa tidak dapat mencapai performanceyang tinggi tanpa bimbingan guru yang terampil dan profesional, waktu belajar yang cukup, ruangan gerak, dan sumber belajar di sekelilingnya. Semua ini tidak terlepas dari dukungan sistem pendidikan IPA. Belajar dengan penekanan pada proses sains dipandang lebih memberi bekal kemampuan kepada siswa seperti melakukan pengamatan (observasi), inferensi, bereksperimen, inkuiri merupakan pusat atau inti pembelajaran IPA. Dengan berinkuiri para siswa mendeskripsikan objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, membangun penjelasan, menguji penjelasannya terhadap pengetahuan ilmiah mutakhir, dan mengomunikasikan gagasannya kepada yang lain. Mereka mengidentifikasi asumsi-asumsi mereka, menggunakan pemikiran kritis dan logis, dan mempertimbangankan penjelasan alternatif. Dengan cara ini para siswa aktif mengembangkan pemahamn IPA mereka dengan mengombinasikan pengetahuan mereka dengan keterampilan bernalar dan berpikirnya.

           Kita dapat membuat kombinasi atau remix dalam penerapan literasi sains dan IPTEK sehingga ini dapat dikaitkan dengan Kurikulum SMP sebagaimana yang telah di tentukan. Disini peran sekolah termasuk guru diharapkan dapat membantu mewujudkannya, misalnya pada Kurikulum SMP 2013 pada KI.3 yaitu memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Disini jelas bahwa dari beberapa materi IPA, siswa harus memiliki wawasan yang luas, dan memahami kejadian atau fenomena yang terjadi sehari-hari. Guru bisa menerapkannya dengan cara memberikan percobaan sederhana atau simulasi bagaimana fenomena itu dapat terjadi atau mengajak siswa study tourke tempat yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Karena pada percobaan sederhana otak siswa dituntut untuk berfikir bagaimana, apa penyebabnya fenomena tersebut terjadi, apakah murni karena alam atau ulah manusia, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikannya di depan teman-temannya. Sedangkan pada study tour,disana siswa dapat melihat berbagai teknologi yang dapat memperlihatkan bagaimana fenomena tersebut terjadi, apa saja simulasi yang harus dilakukan saat fenomena tersebut terjadi, setelah itu guru dapat memberikan pengarahan pada siswa bahwa apa yang telah mereka amati pada saat study tour dijadikan sebuah laporan perjalanan yang singkat, ini untuk mengetahui apakah siswa tersebut benar-benar memahami apa yang mereka lihat atau tidak.

           Dalam tingkat perorangan, melek sains juga meningkatkan kesiapan sesorang menghadapi globalisasi dalam berbagai hal. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki tingkat melek sains yang baik mempunyai kesempatan bekerja yang lebih luas dan dapat merespon kemajuan sains dan teknologi dengan lebih baik. Dengan demikian ia lebih siap menghadapi tuntutan dalam masyakarat yang makin didominasi oleh sains dan teknologi, ia lebih siap untuk megevaluasi dan menjawab berbagai argumen baik yang saintifik maupun yang pseudosaintifik dalam iklan, dikemukakan oleh politikus, sehingga ia lebih siap dalam mengambil keputusan penting berkaitan baik dengan kesehatan maupun keamanannya.

Jadi , mulai dari sekarang harus ada perubahan pola pendidikan sains di indonesia, yaitu dengan cara menyiapkan para siswa agar dapat berfikir lebih kritis untuk memahami diri, lingkungan, dan alam, serta mendemonstrasikan pemahamannya ketika menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sains, menyiapkan siswa yang melek IPTEK agar dapat mengombinasikannya dengan sains, dan menyiapkan siswa yang unggul untuk siap kerja di masa depan dengan memiliki kombinasi kemampuan IPTEK dan sains yang baik.

Jadi menurut saya tentang “Kombinasi IPTEK dan Sains di Masa Depan” perlu untuk mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, khususnya meningkatkan lagi kinerja para guru untuk mendidik para siswa, agar siswa dapat bersaing di masa depan serta memberikan fasilitas dan ruang yang cukup untuk mengeksplor kemampuan siswa dalam sains. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Maju terus pendidikan sains Indonesia!

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun