Mohon tunggu...
Novia Nurhayati
Novia Nurhayati Mohon Tunggu... Novelis - Bio-Sastra

Alumni Jurusan Pendidikan Biologi di UIN JKT yang suka banget sama sastra :) Bukan penulis profesional, tapi sudah memiliki 5 buku terbit dan menjadi kontributor Puisi dan Cerpen di beberapa Event Lomba Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajar di Era Hukum : Meredakan Konflik Kelas Tanpa Ancaman di Era Sensitif

10 Desember 2024   09:50 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:50 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasa khawatir dalam menghadapi konflik siswa di kelas?

Di era yang semakin sensitif, setiap tindakan guru harus hati-hati agar tidak menimbulkan masalah hukum.

Di era yang semakin sensitif terhadap isu hukum dan hak-hak individu, guru dihadapkan pada tantangan besar dalam mengelola kelas dan menjaga disiplin tanpa melanggar batasan yang ditentukan. Dulu, pendekatan yang lebih tegas mungkin dianggap wajar dan efektif untuk menjaga keteraturan kelas. Namun, saat ini, tindakan yang salah langkah dapat dengan cepat berujung pada masalah hukum atau mendapat perhatian negatif dari masyarakat.

Strategi apa yang dapat guru lakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif di tengah tantangan hukum yang semakin kompleks?

Guru yang berperan sebagai pendidik sudah seharusnya dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif di tengah tantangan hukum yang kompleks tentunya menjadi tantangan bagi para pendidik. Namun, ada beberapa strategiyang dapat guru lakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif, sebagai berikut :

  • Membangun hubungan positif dengan siswa
  • Menciptakan suasana yang dapat membuat siswa meraa nyaman dalam berbagi pikiran dan perasaan
  • Menerapkan disiplin positif
  • Berfokus pada penguatan perilaku yang baik dan penciptaan lingkungan yang dapat mendukung pertumbuhan emosional dan sosial siswa.
  • Bangun Komunikasi yang terbuka 
  • Guru yang mampu mendengarkan dan memahami siswa akan lebih mudah mencegah konflik sebelum terjadi, agar terjalin komunikasi dua arah yang membuat siswa dapat merasa aman dalam mengekspresikan dirinya.
  • Terapkan aturan yang jelas dan adil
  • Buatlah aturan kelas yang jelas, sederhana, dan dapat diterima semua siswa. Saat siswa memahami aturan dan merasa bahwa aturan tersebut adil, mereka cenderung lebih patuh tanpa perlu pendekatan yang konfrontatif.
  • Kolaborasi sekolah dengan orang tua
  • Dengan melibatkan orang tua dalam pengelolaan perilaku siswa, guru dapat memperkuat upaya pembentukan karakter siswa di rumah dan di sekolah. Kerjasama dengan konselor sekolah atau staf lainnya juga dapat membantu menangani masalah perilaku siswa secara bijak dan sesuai hukum.

Bagaimana guru bisa melibatkan siswa dalam proses pembuatan aturan kelas sehingga mereka merasa memiliki tanggung jawab atas perilaku mereka?

Memberikan siswa kesempatan untuk berkontribusi dalam pembuatan aturan kelas membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab atas lingkungan belajar mereka sendiri. Hal ini meningkatkan kepatuhan terhadap aturan karena mereka merasa terlibat dalam prosesnya. Dengan begitu, siswa memiliki tanggung jawab atas perilaku mereka.

Dengan melibatkan siswa secara aktif, dalam pembuatan dan pelaksanaan kelas, diharapkan dapat membentuk lingkungan belajar yang lebih positif, inklusif, dan mendukung perkembangan setiap individu di dalam kelas.

Bagaimana cara guru menangani konflik di kelas tanpa menimbulkan salah paham atau berpotensi menghadapi masalah hukum?

Untuk menangani konflik yang sensitif di kelas tanpa menimbulkan salah paham atau berpotensi menghadapi masalah hukum, guru dapat menerapkan langkah-langkah berikut :

  • Dengarkan dengan Empati
  • Ketika terjadi konflik, penting untuk guru dalam mendengarkan semua pihak dengan empati. Agar siswa merasa dihargai, dipahami, dan mengurangi kemungkinan salah paham.
  • Tetapkan Aturan yang Jelas
  • Memiliki aturan yang jelas dan disepakati bersama agar dapat membantu mencegah komflik.
  • Gunakan Pendekatan Proaktif
  • Mengidentifikasi konflik sebelum terjadi. Misalnya, mengamati interaksi siswa dan memberikan intervensi awal jika diperlukan.
  • Fasilitasi Diskusi Terbuka
  • Mengajak siswa berdiskusi tentang masalah yang terjadi. Berikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan dan pandangan mereka tanpa merasa terancam.
  • Pilih Kata-kata dengan Hati-hati
  • Saat menjelaskan situasi atau memberikan umpan balik, gunakan Bahasa yang netral dan tidak menghakimi.
  • Dokumentasikan Kejadian
  • Catat semua kejadian yang relevan untuk memberikan solusi konflik. Ini dapat menjadi bukti jika ada masalah hukum di kemudian hari.
  • Libatkan Pihak Ketiga Jika Diperlukan
  • Jika konflik tidak dapat diselesaikan secara internal, maka pertimbangkan untuk melibatkan konselor sekolah atau mediator berpegalaman.
  • Tingkatkan Keterampilan Sosial
  • Ajarkan siswa keterampilan sosial dan emosional , cara berkomunikasi dengan baik dan menyelesaikan konflik secara damai.

Dalam era media sosial, bagaimana guru bisa mengatasi isu-isu seperti cyberbullying yang dapat mengganggu kedisiplinan kelas?

Era media sosial yang semakin canggih, tentunya para siswa banyak menumui hal-hal yang membuat  bullying semakin marak di lingkungan kelas dan sekolah. Ini membuat kerja guru semakin berat untuk mengeduksi para siswanya tentang etika digital bermain sosial media serta perlunya kolaborasi dengan orang tua agar apa yang mereka lihat dapat dibatasi dan diawasi. Dengan begitu, kolaborasi antara guru dan orang tua dapat menjadi salah satu komunikasi dua arah dalam mencegah konflik seperti cyberbullying agar tidak mengganggu kedisiplinan kelas. Dan, memberikan edukasi kepada siswa bahwa teknologi digunakan untuk alat edukasi yang positif. Lalu, guru dapat menciptakan suasana dimana siswa merasa nyaman berbicara tentang apa yang mereka hadapi. Untuk memberikan dukungan emosional dan mental kepada siswa yang terlibat.

Jadi, di era sensitif dengan hukum masa kini, guru di tuntut untuk memiliki keterampilan bagaimana cara meredakan konflik agar tidak menjadi ancaman hukum bagi dirinya. Dengan melibatkan siswa dalam peraturan kelar serta memberikan siswa kesempatan untuk menekspresikan perasaannya merupakan salah satu solusi untuk dapat mengidentifikasi jika terdapat masalah, sebagai antisipasi dalam mengatasi konflik yang belum terjadi. Maka dari itu, untuk menghindari terjadinya konflik antara guru dan siswa, peran orang tua juga menjadi penting agar dapat mendukung proses komunikasi dua arah agar tercipta lingkungan yang aman dan kondusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun