Mohon tunggu...
Neny Novianty
Neny Novianty Mohon Tunggu... -

Bachelor of International Relations at Universitas Nasional with GPA 3,53. \r\n\r\nLife isn't just about yourself but its all about chance,change and challenge..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa yang "Membenarkan Kebiasaan"

6 April 2012   16:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesiaku, negeri penuh dengan keindahan dan keberagaman budayanya, namun segala keindahan itu Indonesia memiliki berbagai problema di dalamnya.

agak kamseupay sih emang tapi bangsa ini sadar atau tidak, sering membenarkan kebiasaan, kebiasaan apakah itu?ya banyak, tapi disini saya ingin menshare kebiasaan yang mungkin saya juga masih lakukan dan kebiasaan ini lebih cenderung negatif...

yang pertama adalah membenarkan kebiasaan untuk memberi tips kepada pelayan atau orang yang sudah melayani kita sebagai ucapan terimakasih. Tapi apakah kita sadari dengan memberi tips kita akan mengurangi bahkan merugikan majikan atau pemimpin perusahaan tempat kita kerja..memang sih tips itu ga ada salahnya namun sadar ga sih dengan kita kasih tips, pelayan yang harusnya dalam itungan 1 jam udah bisa melayani 1-10 orang, tapi karena mereka udah ngerti dan tau mana yang sering memberi tips seakan ada yang pilih kasih..nah seharusnya hal ini ga terjadi, makanya sebelum kita memberi tips hendaknya dilihat dahulu tempatnya.

yang kedua adalah membenarkan kebiasaan untuk tidak mengantri  dengan tertib, rasanya budaya mengantri di Indonesia sudah sangat jarang kita temui, hayoo ada gak yang sering menerobos lampu merah yang seharusnya menjadi hak pengemudi lain? nah itu salah satu hal yang membenarkan kebiasaan karena hal tersebut sudah lumrah dilakukan sehingga dianggap biasa. padahal hal tersebut itu sangat membahayakan pengemudi lain bahkan nyawa sendiri. mari introspeksi diri ja deh...ga maksud menggurui lho..heeeee

yang ketiga adalah membenarkan kebiasaan kalo ga ada tempat sampah berarti ya boleh buang sampah sembarangan, waduh gawat ini apalagi kalo ada pemikiran kalo di tempat wisata atau fasilitas umum kalo bersih entar si tukang bersih-bersih sampah ga ada kerjaan dong, well hellooo guys aduh dimana rasa prihatin kita atau peduli kita terhadap lingkungan..saya sih paling ga suka kalo di tempat wisata udah banyak berserakan sampah, dan itu saya alami sendiri pada saat liburan imlek ke suatu tempat wisata di daerah Cibubur yang terkenal.

yang saya heran adalah sampah itu sampai ke kolam koi yang harusnya bersih atau hanya ada makanan yang memang layak untuk jadi makanan ikan tersebut, tapi yang ada hanya ada kolam sampah dan itu miris sekali melihatnya..mari yuk kita lebih sadar sama lingkungan dengan melakukan hal kecil sepeerti membawa kantong plastik sendiri bila tidak ada ada tempat sampah tersedia.

membenarkan kebiasaan yang keempat adalah menggunakan kata-kata yang tidak sepantasnya atau tidak pada tempatnya seperti kata 'autis' atau 'cacat banget sih lo' yang sering jadi bahan bercandaan dikalangan kita..saat kita sibuk sama BB kita atau sibuk sm urusannya sendiri pasti kita disebut "autis banget sih lo sama BBnya sampe gue ga di dengerin" atau kata-kata lain..ini harusnya kita sadari bahwa kata autis dan atau cacat banget sih lo itu udah keterlaluan karena kita ga berhak menghina orang-orang yang mempunyai perbedaan tersbut. singkat kata adalah mari kita lebih menata bahasa kita agar kita bisa menjadi lebih baik lagi.

itulah sedikit dari membenarkan kebiasaan yang mungkin sebagian dari anda semua sudah sadar atau malah tidak sama sekali. nasehat dari seorang bapak yang menjadi panutan dalam hidup saya yaitu bapak saya sendiri, beliau pernah berkata "kita jadi manusia janganlah membenarkan kebiasaan tapi membiasakan kebenaran" lalu beliau melanjutkan "bila hal tersebut dijaga dengan sepenuh hati, maka kebenaran itu akan menjaga diri kita juga"........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun