Mohon tunggu...
Novianti TriutamiNingtyas
Novianti TriutamiNingtyas Mohon Tunggu... Editor - Novianti
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunci kesuksesan adalah bersungguh-sungguh, usaha, do'a, dan restu orang tua

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Esensialisme dan Pemikiran Tokoh-Tokohnya

14 Mei 2020   19:57 Diperbarui: 14 Mei 2020   20:05 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hallo teman-teman ! Kembali lagi bersama artikel saya. Artikel yang ingin saya share ke teman-teman kali ini tentunya masih terkait dengan Filsafat Pendidikan yaitu Filsafat Pendidikan Esensialisme dan para pemikiran tokoh. Baiklah, langsung saja teman-teman baca ya ..

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Esensialisme

Esensialisme secara etimologi berasal dari bahasa Inggris "Esensial" yang berarti inti atau pokok dari sesuatu. Sedangkan kata "isme" berarti aliran atau madzhab. Aliran ini adalah aliran filsafat pendidikan yang tumbuh pertama kali di Amerika Serikat. Aliran inilah yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama sebagai warisan sejarah dan telah membuktikan keunggulan dalam kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Aliran Esensialisme didasari oleh aliran Humanisme yang merupakan pandanganyang memberikan reaksi terhadap hidup lebih mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah, dan matrealistik. Selain itu, aliran ini dipengaruhi oleh filsafat idealisme dan realisme (Plato dan Aristoteles). Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki kejelasan yang memberikan kestabilan dan nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Nilai nyata yang terbukti membawa kebaikan pada masyarakat dan nilai utamanya dari reinense. Reinense merupakan tonggak awal kemunculan aliran filsafat esensialisme dan berkembang pesat pada pertengahan abad ke-19. Tujuan dari Esensialisme adalah untuk membentuk seseorang yang berguna dan berkompeten. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan sesuai kehendaknya. Kurikulum sekolah bagi esensialisme analog dengan miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran, dan keagungan. Aliran ini menegaskan bahwa pendidikan yang baik dan benar itu terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar, baik membaca, menulis, berhitung, seni, maupun ilmu pengetahuan yang telah berguna bagi manusia di masa lalu dan berkeyakinan bahwa hal inilah yang besar kemungkinannya akan berguna bagi kehidupan di masa mendatang. 

B. Pemikiran Tokoh Filsafat Pendidikan Esensialisme

1. Willian C. Bagley (1876-1946)

Willian adalah seorang pendidik dari Amerika. Ia berpendapat bahwa filsafat pendidikan mempunyai ciri-ciri yang pertama, binaan yang kuat dan latihan lama dalam diri peserta didik itu sering tumbuh dari upaya belajar yang menarik perhatiannya. Kedua, pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa itu melekat dalam masa balita yang panjang. Ketiga, kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan. Maka menegakkan kedisiplinan adalah salah satu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Esensialisme ini menawarkan teori yang kokoh juga kuat dalam suatu pendidikan. Sedangkan sekolah-sekokah pesaingnya atau progresivisnya itu memberikan teori yang lemah.

2. Johan Frieddrich Herbert (1776-1841)

Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan dari Tuhan. Sedangkan proses pencapaian tujuan pendidikan menurutnya itu disebut dengan pengajaran. 

3. William T. Haris 

Menurutnya, tugas pendidikan adalah menjadikan terbentuknya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan berindikasi ke kesatuan spiritual sekolah yang mana sebagai lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun-temurun dan menjadi penuntun penyesuaian orang dengan masyarakat.

4. Johan Frederick Frobel (1782-1852)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun