Sebagai sesama biker (pengendara motor) di Jakarta, yang memilih menggunakan motor untuk aktifitas berangkat dan pulang bekerja, kadang merasa miris dengan kelakuan berkendara mereka. Banyak dari biker yang berperilaku lebay dalam berlalulintas. Rambu dan marka sering diabaikan, entah karena sengaja atau karena merasa "terpaksa", atas nama mengejar waktu yang berharga.
Namun demikian, bagi biker yang sehari-hari tidak bisa terlepas dari mengendari motor, terasa bahwa pengendara motor itu adalah warga kelas dua di jalanan. Sebagian besar format jalan di Indonesia, adalah sangat "mobil banget". Jalur khusus motor jarang sekali ditemui bahkan hampir tidak ada. Belum lagi okupasi bahu jalan oleh para pedagang kaki lima. Boleh dikatakan, jalur motor itu tidak ada. Akibatnya adalah, motor harus berebut jalan dengan mobil, yang jumlahnya juga sangat banyak memenuhi jalanan.
Di sisi lain, pemilihan moda sepeda motor sebagai sarana angkutan utama, lebih didasari oleh faktor penghematan, kecepatan, dan kepraktisan. Walau diakui bahwa mengendarai motor itu tidak nyaman, capek, dan melelahkan.
Saya yakin, jika ada alternatif transportasi yang lebih manusiawi, murah, dan cepat, maka tanpa dipaksa, para biker akan dengan senang hati, memarkirkan motornya di rumah, dan beralih ke moda transportasi baru itu ... wallohu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H