Pemimpin merupakan faktor penentu sukses atau gagalnya suatu organisasi. Pemimpin memberikan arahan terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan agar kepemimpinan tersebut menjadi efektif. Pemimpin dapat menetapkan arahan dengan mengembangkan visi dan misi organisasi yang kemudian menyatukan orang-orang dengan mengkomunikasikan visi dan misi tersebut agar dapat menghadapi hambatan dan rintangan di masa depan.
Pengambilan keputusan merupakan aspek yang sangat penting bagi individu maupun organisasi. Mengambil sebuah keputusan terkadang mudah tetapi lebih sering sulit. Keputusan lahir dari suatu proses yang didalamnya terjadi diskusi yang intensif dan bertukar pikiran yang mendalam dengan analisis yang tajam. Adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah aturan-aturan yang akan dijadikan kekuatan untuk menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungkin sehingga permasalahan akan segera dihadapi.
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan kecepatan dan ketepatan seseorang pemimpin dalam mengambil keputusan menjadi kunci yang paling utama. Bagaimana keputusan diambil tergantung pada jenis gaya kepemimpinan yang diadopsi dalam organisasi atau perusahaan. Ketika seorang pemimpin diminta untuk membuat keputusan, ini terjadi berdasarkan salah satu dari lima model tindakan partisipasi pemimpin dalam The Vroom-Jago Contingency Model yang di mulai dari yang sangat otokratis hingga sangat demokratis.
- Decide
- Consult Individuality
- Consult Group
- Facilitate
- Delegate
Pemimpin yang demokratis merupakan pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan yang dimana menerima pendapat atau saran dari setiap anggotanya guna menentukan suatu keputusan bersama dalam organisasi dalam mencapai tujuan.Â
Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Peran seorang pemimpin adalah menunjukkan cara untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai dan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil bersama telah di implementasikan oleh semua pihak dalam organisasi.
Seperti halnya, Warren Buffett, yang merupakan salah seorang pebisnis kelas dunia dan terkaya yang kepiawaiannya dalam berinvestasi di pasar modal.Â
Buffett menerapkan gaya kepemimpinan demokrasinya dengan menekankan komunikasi, rasa saling percaya, rasa hormat, dan lingkungan kerja yang memelihara.Â
Buffett menempatkan nilai tertinggi pada interaksi dan berkolaborasi dengan karyawan di semua tingkatan dan menempatkannya sebagai kunci sumber daya yang luar biasa dalam keberhasilan sebuah perusahaan.
Tak hanya Buffett yang menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, ada juga Paul S. Ottelini yang merupakan mantan CEO perusahaan teknologi Intel.Â
Salah satu karakter khas Paul saat memimpin Intel sebagai CEO adalah dirinya menerapkan sistem manajemen yang selalu berusaha mendengarkan karyawan bahkan untuk hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan sekalipun.
Pada saat memimpin perusahaan teknologi tersebut, Paul menganggap bahwa karyawan adalah salah satu aset yang dapat memajukan perusahaan guna meningkatkan daya saing kompetisi bisnis yang dijalankan Intel. Hal ini terbukti dalam mengenalkan Intel kepada masyarakat melalui inovasi-inovasinya sehingga banyak yang menggunakan produk-produk dari Intel.