Mohon tunggu...
Noviandri Nurlaili Khairina
Noviandri Nurlaili Khairina Mohon Tunggu... -

mahasiswa FE UI departemen Ilmu Ekonomi. bagian masyarakat yang hendak belajar, lalu bergerak untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

DAMN ! I Love Indonesia!

4 Mei 2011   12:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu melihat foto-foto di atas, penulis sempat ragu tentang dimanakah keberadaan tampat-tempat ini dan setelah ditilik barulah penulis menyadari bahwa itu adalah bagian dari tanah kita, Indonesia. Sungguh luar biasa. Kalau dulu waktu kita kecil , Indonesia konon disebut-sebut sebagai zamrud khatulistiwa maka kita bersama harus akui. Kecantikan Indonesia tidak hanya terdapat pada pulau dewata dengan segala keunikan budayanya, Jogjakarta dengan ramah tamah kehidupannya, melainkan lebih, jauh lebih besar daripada itu. Sayangnya para stakeholder inilah yang masih belum menyadari atau memiliki keinginan untuk menjaga dan mengambangkan potensi ini. Apakah nasionalisme hanya sebatas berontak ketika milik bangsa direbut ? Mengapa penulis mengatakan demikian? Coba sebutlah pulau Bali dan tanyalah pada orang sekitar Anda siapa yang tidak mengetahui dimana keberadaannya, kemudian sebutlah pulau Moyo ( yang dimuat dalam salah satu gambar ) dan siapa yang mengetahui keberadaannya. Nyatanya kini Pulau dewata sudah menjadi industry pariwisata yang terus digarap oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan karena jumlah turis yang berkunjung tidak pernah redup, sekalipun setelah kasus Bom Bali 1 dan Bom Bali 2. Bandingkan dengan Pulau Moyo, atau pantai Maluk, atau Pantai Sekongkang. Itu adalah nama-nama tempat yang mungkin masih asing di teinga kita tetapi bahkan pesonanya telah sampai ke mancanegara. Pantai-pantai yang tadi penulis sebutkan merupakan pantai yang termasuk memiliki arus surfing terbaik di dunia. Sedangkan tahukah Anda bahwa Pulau Moyo itu pernah dijadikan pelarian Lady Diana tahun 1993 silam? Kini pengelolaannya dipegang oleh tangan asing dan untuk dapat berlibur kesana, bagian dari rumah Indonesia sendiri, Anda perlu mendepositkan uang sebesar 5000USD. Apakah nasionalisme hanya sebatas berontak ketika milik bangsa direbut ? Lantas beralih pada kasus yang sedang naik daun belakangan ini . Muncul sebuah fenomena yang mewabah di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Jutaan orang meneriakkan kecintaannya pada bangsa besar ini yang ia bungkus dengan kata nasionalisme. Umpatan atau makian terucap atas perilaku bangsa seberang yang meng-klaim budaya nasional bangsa. Lantas penulis teringat dengan sesi kelas perdana system ekonomi dengan Prof Edi Swasono. Kala itu kami membahas tentang tidak punahnya nasionalisme yang ada di dada kaum muda dengan bukti relanya kami menjadi relawan saat sipadan-ligitan berusaha direbut Malaysia. Lantas sebuah jawaban singkat dilayangkan beliau “ saya tidak akan mengatakan hal itu benar atau salah, tapi saya akan bertanya pada Anda, adakah yang tahu dimanakah sipadan dan ligitan itu?” Sekedar mengutip apa yang terdapat dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Disana dimuat pengertian nasionalisme yaitu, na•si•o•na•lis•me n 1 paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: --makin menjiwai bangsa Indonesia; 2 kesadaran keanggotaan dl suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Sebuah rasa nasionalisme, yang penulis garis bawahi pada kata-kata “kesadaran keanggotan mempertahankan, dan mengabdikan identitas”. Lantas, Apakah nasionalisme hanya sebatas berontak ketika milik bangsa direbut ? Tentu jawabannya tidak. Kewajiban kita sebagai generasi yang akan manjaga bangsa ini tentu lebih besar daripada itu. Bayangkan apabila generasi tua yang paham dan mengerti estetika budaya itu telah tiada dan menyisakan kaum kita yang luput akan wawasan nusantara, siapa yang akan menyadari bahwa telah ada penjajahan terhadap budaya bangsa? Saatnya bergerak, teman. Mahasiswa, kaum intelek dari generasi muda, seharusnya kini memegang peran penting di seluruh aspek kehidupan mendatang. Kehidupan kampus seyogyanya adalah miniature kehidupan yang akan kita emban di masa mendatang. Isu politik, isu ekonomi, social, budaya, dan lain halnya harusnya menjadi sebuah topic yang kita, orang yang disebut sebagai mahasiswa, untuk pikirkan bersama. Inilah bagian kecil dari sebuah pergerakan mahasiswa. Pergerakan untuk menyelamatkan kebudayaaan bangsa besar ini. Sesuai kutipan dari blog seorang teman, semangat pergerakan mahasiswa itu bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan hal-hal yang kita bisa. Tentu untuk mencapai suatu cita-cita: memajukan Bangsa Indonesia. Potensi tiap diri kita pastinya berbeda-beda. minat pun juga berbeda-beda. Tindak lanjut dari potensi yang kita miliki seharusnya adalah mengembangkannya. Kalau kita menganggap kita pintar dalam bidang akademis, maka belajarlah dengan giat! majukan sains dan ilmu pengetahuan lainnya dengan serius! maka dengan itu kamu semua sudah melakukan pergerakan sejauh yang kamu bisa. Kalau kita menganggap diri kita ahli dalam bernyanyi, maka eksplore terus!kembangkan! dan contohnya seperti teman-teman kita di paduan suara mahasiswa yang sekarang sedang membawa nama Indonesia di luar sana berkompetisi melawan paduan suara Negara lain. Kalau kita menganggap diri kita jago karawitan atau wayang orang, maka kembangkan sejauh yang kita mampu. Cegah kebudayaan kita dicuri bangsa lain misalnya. itu yang dikira bisa disebut pergerakan, berawal dari potensi sebagai modal kita, lalu bergerak lah sesuai bidang yang kita bisa. Daripada hanya bicara dan tidak ikut dalam mendukung cita-cita kita bersama yaitu memajukan bangsa, masih lebih baik diam daripada bangga akan sesuatu yang tidak seharusnya dibanggakan. Daripada bangga akan keapatisan diri. Daripada bangga akan keraguan terhadap gerakan kemahasiswaan yang tentu bertujuan baik. “ lebih baik aksi yang kecil-kecil yang kita mampu untuk cita-cita yang besar, daripada berdiri di pinggir mentertawakan sesuatu yang baik dan tidak berbuat apa-apa.” DAMN ! I LOVE INDONESIA ! Semoga tidak hanya menjadi sebuah kalimat komersil yang diperdagangkan, tapi juga kesadaran untuk mulai mengenal, mencintai, dan menjaga bangsa besar ini. Masih banyak kepulauan indah dan budaya yang tidak penulis sebutkan disini, namun menanti kita untuk mengenalinya. Oleh : Noviandri Nurlaili K.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun