Mohon tunggu...
Putra
Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Orang Indonesia, lahir dan besar di Palembang

Penulis lepas yang tertarik dengan isu-isu seputar politik, keamanan, dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teror Eropa, Islam Sebagai Korban?

22 Desember 2016   10:05 Diperbarui: 22 Desember 2016   10:19 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2016 menjadi salah satu waktu paling kelam dalam sejarah Eropa di masa modern. Masih jelas di pikiran tentang kejadian terror yang terjadi di Bandara Zaventem dan Stasiun Metro Maalbeek yang membunuh 35 orang dan melukai 300 lainnya. Atau terror yang terjadi di Nice, dimana truk besar masuk dan menerobos kerumunan masyarakat Perancis yang sedang merayakan Bastille Day, kejadian tersebut membunuh 87 orang.

Hingga 18 Desember 2016, korban jiwa akibat kasus terorisme yang terjadi di Eropa mencapai 170 orang, dengan rincian 10 korban dari Jerman, 32 dari Belgia, 87 dari Perancis, dan 41 dari Turki. Apakah kondisi bisa bertambah buruk? Pertanyaan tersebut telah terjawab secara tidak langsung melalui 3 aksi terror pasca 18 Desember 2016.

Andrey Karlov, Duta Besar Russia untuk Turki ditembak oleh salah satu anggota kepolisian, Mevlut Mert Altintas saat sedang memberikan pidato dalam pembukaan pameran foto di Ankara -salah satu bentuk perbaikan hubungan bilateral Russia-Turki pasca insiden penembakan jet tempur Russia di perbatasan Turki. Kejadian terror di Turki tidak begitu signifikan dalam hal kuantitas, namun tanpa mengurangi rasa hormat terhadap korban lain, pembunuhan terhadap Duta Besar salah satu negara adalah kejahatan yang sangat luar biasa. Dampak yang bisa ditimbulkan bukan hanya terasa bagi dua negara yang terlibat, namun lebih jauh, dapat memicu Perang Dunia.

Untungnya dalam waktu yang cepat, kedua pemimpin negara, Reccep Tayyip Endorgan dan Vladimir Putin  sepaham bahwa kejadian tersebut hanya bermaksud untuk memperburuk hubungan keduanya. Hal itu mengurangi resiko terjadinya Perang Dunia.

Beberapa waktu berselang, aksi terror menyasar warga sipil terjadi di Berlin, Jerman. Negara yang paling terbuka terhadap imigran tersebut mengalami kejadian terror yang dilakukan oleh imigrannya sendiri. Truk besar menerobos kerumunan masyarakat yang sedang berbelanja untuk Natal, membunuh 12 orang dan melukai 48 lainnya, mengingatkan kepada kejadian di Nice, Perancis.

Tidak lama setelah itu, disalah satu negara Eropa yang paling aman, Swiss, terjadi aksi penembakan oleh warga Swiss keturunan Ghana di Masjid di kota Zurich, melukai 3 orang. Pelaku tidak memiliki hubungan dengan kelompok terror manapun.  

Jerman, Perancis, Belgia, dan Turki adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di Eropa. Mereka datang sebagai imigran, entah itu dari Afrika maupun Timur Tengah. Jumlah populasi muslim di Jerman adalah 4,1 juta jiwa (5% total populasi), di Perancis, muslim berjumlah 4,7 juta (7,5%), dan di Belgia berjumlah 0,6 juta (6% populasi).

Kejadian terror yang kerap terjadi di Eropa menimbulkan sentiment negatif dari masyarakat Eropa terhadap kaum muslim. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah dukungan terhadap partai konservatif yang menentang kebijakan menerima Imigran.

Di Jerman, dukungan terhadap Partai Alternatif untuk Jerman tumbuh hingga 4,7%, di Perancis, dukungan bagi Front Nasional tumbuh menjadi 14%, di Swiss, dukungan bagi Partai Rakyat Swiss tumbuh menjadi 29%, di Italy, dukungan bagi Northern League tumbuh menjadi 4%, di Austria, dukungan bagi Freedom Party tumbuh menjadi 35,1%. Data tersebut menunjukan adanya tendensi untuk menolak imigran sebagai implikasi dari maraknya kejadian terror yang dilakukan oleh imigran tersebut yang kebetulan beragama Islam. Selain itu, hal ini juga berdampak pada keberlangsungan Uni Eropa.

Serangkaian kejadian tersebut menimbulkan dua pertanyaan, apakan muslim sebagai korban sebenarnya dari kejadian terror tersebut, atau memang muslim-lah yang melakukannya.

Pada dasarnya, korban utama dari kejadian-kejadian terror di Eropa adalah muslim, mereka yang sedang mencari kehidupan damai diluar negara asalnya yang sedang berkonflik harus menerima malu atas perbuatan segelintir pihak yang tidak bertanggung jawab dalam menimbulkan ketidak-stabilan keamanan di Eropa. Namun akibat jarangnya mayoritas muslim berbicara secara terbuka dalam menantang terorisme malah menimbulkan persepsi bahwa mereka menjutifikasi perbuatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun