Sebelumnya izinkan saya menyampaikan deepest condolences kepada keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 Jakarta-Pangkal Pinang. Kejadian tersebut mengingatkan saya khususnya agar lebih meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Mulia, karena Ia dapat memanggil kapan dan dalam kondisi apa saja.
Robert Bowers merupakan pelaku penembakan Synagouge di Pittsburgh, Amerika Serikat (AS) yang membunuh 11 orang. Sebelum memulai aksinya pada Sabtu (27/10) waktu setempat, Ia memposting status yang berbunyi 'HIAS (NGO yang membantu pengungsi Yahudi dari luar AS) senang membawa penjajah yang membunuh masyarakat kita. Aku tidak bisa duduk diam dan melihat orang-orang kita dibantai. .... Aku masuk'.
Kalimat tersebut Ia post pada Gab, platform alternatif bagi orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan Bowers. Melansir Washington Post, akun Gab milik Bowers terverifikasi, terlihat dari adanya tanda centang biru disamping namanya pada akun tersebut. Dalam bio nya, Ia mengatakan 'Yahudi adalah anak-anak setan'.
Gab merupakan platform sosial media yang menjadi sarang bagi Supremasi Kulit Putih (white supremacist), Neo-Nazi, dan berbagai ideologi ekstrim lain. Pihak-pihak tersebut biasanya tidak diterima oleh medsos mainstream semacam Twitter atau Facebook. Andrew Toba, pendiri Gab, mengatakan Gab merupakan platform kebebasan berbicara bagi siapapun.
Setelah penembakan di Pittsburgh, Gab dan Torba mendapat perhatian dari publik AS. Per 30 Oktober 2018, Gab masih offline. Platform tersebut dibanned oleh Paypal, mendapat teguran dari Joyent (hosting provider-nya), diminta oleh GoDaddy (penyedian domain-nya) agar memindahkan domain Gab ke provider lain dalam 24 jam, dan disuspend oleh Medium (platform publishing-nya).
Cobaan terhadap Gab tidak berhenti sampai disitu, Ekrem Bykkaya, kepala teknologi Gab mengumumkan pengunduran diri pada hari Minggu karena tidak tahan dengan serangan dari media AS. Torba mengatakan sudah ada pengganti bagi posisi Bykkaya.
Namun Torba tidak menyerah. Pengunjung Gab yang membuka situs tersebut baru-baru ini akan mendapat pesan pendek yang mengatakan Gab sedang offline untuk sementara, namun diusahakan akan kembali online dalam waktu yang tidak bisa ditentukan
Andrew Torba menjadikan Gab sebagai alternatif bagi sosmed buatan Silicon Valley. Ia menyasar orang-orang yang percaya bahwa Twitter dan FB melakukan sensoring terhadap pandangan mereka. Ketika Twitter memperkuat kebijakan dalam melawan 'hateful conduct' dan mem-banned akun-akun kelompok sayap kanan ekstrim dan white supremacist, Gab mendapat 60.000 pengguna baru dalam 8 hari.
Menurut Joan Donovan dari Data and Society, Gab bukan hanya sekedar platform. Namun berperan sebagai figur kunci bagi eksistensi pendukung sayap kanan AS dalam menghadapi crackdowns pandangan-pandangan ekstrim di media sosial. Gab menjamin pandangan-pandangan ekstrim kelompok white supremacist tidak akan disensor.
Gab semakin mendapat tempat setelah James Damore dipecat dari Google pada 2017 karena menulis memo tentang wanita di perusahaan tersebut. Torba kemudian mempromosikan 'alt-tech revolution', sebuah gerakan yang bertujuan menggulingkan raksasa Silicon Valley.
Gerakan tersebut tidak sesuai dengan harapanya, namun Ia berhasil mengumpulkan dana hingga 80.000 USD. Ia juga sering mendapat tawaran wawancara dari beberapa media mainstream. Pada kesempatan itu, Ia mempromosikan Gab, platform anti-mainstream. Ironis?