Latar Belakang
Kebutuhan hidup manusia tidak ada kata puas untuk memenuhinya. Manusia selalu berinovasi agar pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Dari keinginan manusia yang seperti itu didukung oleh perkembangan teknologi saat ini. Teknologi kini memudahkan manusia untuk melakukan aktivitasnya karena kaya akan sumber informasi melalui internet. Internet merupakan salah satu fasilitas media kelangsungan hidup manusia zaman ini. Hampir semua kegiatan manusia dapat dilakukan hanya dengan menggunakan gadget yang tak lain adanya internet yang mendukungnya. Dalam persoalan ekonomi pun manusia memanfaatkan teknologi untuk dapat meningkatkan kehidupan mereka.
Jual beli yang biasa dilakukan di pasar tradisional atau swalayan kini beralih ke media berbasis online. Perusahaan marketplace tersedia begitu banyak sebagai wujud perdagangan online atau disebut e-commerce. Seperti Shopee, Lazanda, BliBli, Â TokoPedia, dan lain sebagainya menawarkan agar produsen dapat memasarkan produknya untuk lebih mudah dikenal oleh masyarakat. Kemudian dari sisi konsumen dengan adanya belanja online membuat belanja lebih mudah, cepat, atau bahkan murah. Konsumen tak perlu pergi ke tempat perbelanjaan, hanya dengan menggunakan gadget berbagai barang bisa ditemuinya. Dengan begitu, maka sangat efisien karena tidak membuang-buang waktu untuk jalan ke tempat yang ingin dituju apalagi mengantre depan kasir. Konsumen hanya berselanjar di marketplace dan memilih-milih apa yang diinginkan lalu cakout. Belanjaan yang sudah di cekout akan diantar oleh kurir dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan yang lebih menggiurkan dari belanja online adalah harga yang ditawarkan lebih murah sehingga dapat menghemat kantong.
 Fenomena belanja online semakin gencar dikalangan masyarakat sampai-sampai ada hari dimana masyarakat merayakan fenomena tersebut. Hari belanja online nasional (HARBOLNAS) merupakan hari perayaan untuk berbelanja online secara besar-besaran. Perayaan ini diadakan setiap bulan pada tanggal yang sama dengan urutan bulannya, misalnya saja pada bulan Desember, maka HARBOLNAS dibulan itu adalah tanggal 12. Kegiatan belanja online tersebut dikenal dengan istilah Big Sale 12.12.Â
Pada hari itu sale promotion menjadi daya tarik konsumen untuk berbelanja. Flash sale dan cashback merupakan bentuk dari sale promotion yang dilakukan oleh marketplace terutama di hari HARBOLNAS. Flash sale adalah promosi yang dilakukan dengan menurunkan harga drastis dalam waktu tertentu dan jumlah barang yang terbatas. Sedangkan cashback yaitu promosi yang dilakukan dengan presentase pengembalian dana berupa uang tunai, mata uang digital, ataupun produk kepada konsumen dengan pemenuhan syarat tertentu.Â
Selain itu, HARBOLNAS juga dimeriahkan dengan adanya gratis ongkir baik semua metode pembayaran atau hanya beberapa metode pembayaran tertentu. Metode pembayaran sendiri pun beragam, mulai dari transfer melalui sesama bank, antar bank, e-wallet, dan minimarker pun bisa. Konsumen juga tak perlu risau jika tidak ingin melakukan metode pembayaran melalui transfer, sebab beberapa toko di marketplace menyediakan metode pembayaran COD atau bayar di tempat untuk menghindari kekhawatiran konsumen terhadap barang yang dibelinya. Dengan begitu masyarakat akan semakin tertarik untuk berbelanja online.
Analisis HARBOLNAS Melalui Perspektif Jean Baudrillard
Jean Baudrillard melihat fenomena hari belanja online nasional dibagi dalam tiga bentuk yaitu simulasi, simulakra, dan simulakrum. Simulasi adalah proses penciptaan bentuk-bentuk nyata dari model yang dikonseptualkan dan tidak memiliki kebenaran pada kenyataanya sehingga simulasi ini bersifat khayalan, ilusi, dan fantasi. Pada HARBOLNAS, Baudrillard berpikir bahwa konsumen mencampur adukan dunia nyata dan fiksi. Barang-barang atau makanan-minuman yang diiklanakan diberbagai media menjadi nilai yang nyata.Â
Produk yang diiklankan oleh artis terkenal dengan citra yang baik akan membuat konsumen yakin bahwa produk tersebut akan memiliki kenikmatan yang sama jika mereka mengonsumsi produk yang dipasarkan melalui periklanan itu. Misalnya, body lation yang diiklankan oleh artis cantik berkulit putih bersih, maka konsumen akan percaya jika mereka menggunakan body lation tersebut, kulit mereka akan putih dan bersih seperti model iklan tersebut. Padahal secara nilai nyata, hal itu belum tentu terjadi pada dirinya. Namun, ilusi tersebut sangat kuat untuk menarik konsumen dan menjadikan kelebihan-kelebihan produk tampak nyata adanya.Â
Dalam simulakra, secara esensial manusia itu tidak ada dalam kehadiran realitas sesungguhnya tetapi selalu berpikir imajiner dan ada pada delusi dalam melihat realitas  di ruang tempat mekanisme simulasi berlangsung (Saumantri : 2020). Konsumen terjebak oleh simulasi yang mengikatnya dan menjadikan kehidupan nyata dan ilusi  memiliki perbedaan yang sangat tipis sehingga tidak disadari. Pada simulakra ini konsumen dihipnotis secara perlahan dan mempercayai bahwa simulasi merupakan hal yang nyata.Â
Kemudian dengan meyakinkan simulasi tersebut, konsumen menjadi bergantung pada apa yang terjadi di simulasi. Barang-barang yang tersedia di HARBOLNAS terlebih lagi dengan adanya sale promotion dan gratis ongkir menjadikan konsumen mengambil tindak cepat untuk cekout barang-barang yang telah diincar. Rating dari produk-produk pun adalah bentuk dari simulakra pada pemikiran  Baudrillard. Produk dengan rating yang tinggi sebenarnya tidak memiliki referensi yang jelas dan nilai yang pasti. Namun kembali pada simulasi yang tertanam dipikiran konsumen, maka menjadikan rating itu adalah sebuah kebenaran dari produk. Baudrillard menyebutnya dengan istilah hiper-realitas, dimana hiper-realitas merupakan penciptaan suatu kondisi yang didalamnya memiliki kepalsuan namun berbaur dengan keasliannya.