Mohon tunggu...
Noviana Nitami
Noviana Nitami Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku menulis maka aku ada | Say No To Plagiarism | Be a writer and teacher :D

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis, Sebuah Panggilan Hati

17 November 2015   22:08 Diperbarui: 17 November 2015   22:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis sebenarnya bukan perkara sulit. Menuangkan isi kepala menjadi rangkaian huruf tidaklah serumit yang dibayangkan asalkan itu semua dilandasi dengan niat dan kemauan yang kuat. 

Ya, kemauan. Mengapa kemauan? Karena menulis membutuhkan sebuah konsistensi ketika menjalaninya. Kamu akan bisa menghasilkan tulisan yang baik jika memiliki niat dan kemauan yang baik pula.

Lalu, apa yang harus ditulis? 

Nah, sebagian orang malu untuk menulis hanya karena belum bisa menyusun kata dengan apik. 

Hei, ketahuilah. Segala sesuatu tidak datang dengan sendirinya, serta merta masuk ke dalam otak bagai sebuah keajaiban. Semua hal memputuhkan proses belajar. Belajarnya orang yang ingin menulis ialah membaca. Iya, membaca buku apa saja. 

Maka, perbanyaklah membaca. (Nasihat ini juga yang sedang saya jaga konsistensinya hehe)

Ketika kalian telah membaca, maka mulailah menulis. Menulis apa pun. Hal kecil yang ada di sekitar kita sekali pun. Menulis apa yang kaurasakan, menulis menggunakan hati. Meski tak jarang pada langkah awal tulisan kita disebut layaknya seorang anak SD yang menulis buku diary 😂

Hei, tak apa. Jangan sakit hati. Anggap saja itu sebagai penyemangat agar kita lebih baik lagi dalam menulis. 

Mengapa harus menulis? 

Menulis akan membuat kita abadi dalam kata meski raga telah tiada. Bukan begitu? Iya dong. Coba kita lirik beberapa penulis hebat dan para sastrawan. Sebut saja ia Pramoedya Ananta Toer dan W.S. Rendra. Karya mereka tak lekang oleh zaman. Meski telah tiada, tulisan yang dibuat oleh Pram tetap dikaji dan dijadikan bahan pembelajaran. Pun dengan Rendra, puisi dan sajaknya tetap merdu ditelinga meski ia telah tiada.

Jadi, tunggu apa lagi? Mari menulis. Tunjukkan eksistensimu dengan tulisan bukan dengan gaya 😆

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun