Pendidikan sejatinya merupakan tempat dimana proses transfer ilmu di selenggarakan. Demikian halnya dengan perkuliahan yang setiap hari kita ikuti. Perkuliahan yang ideal adalah perkuliahan yang berjalan secara langsung dan terlengkapinya subjek dari perkuliahan itu sendiri (dalam hal ini : dosen dan mahasiswa) sehingga ilmu yang disampaikan akan dapat lebih optimal.
Berbicara dalam konteks perkuliahan tentunya tak terlepas dari absen, yaitu sebagai  syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Ketikan absen menjadi sebuah primadona dan tujuan utama setelah IP (Indeks Prestasi) oleh mahasiswa sebagai motivasi untuk kuliah, maka akan timbul permasalahan – permasalahan ‘gawat’ yang ujung-ujungnya akan sangat berpengaruh terhadap kualitas mahasiswa itu sendiri. Bahwasanya aspek ilmu telah dikalahkan oleh kedua aspek tersebut. Coba renungkan kebenarannya!
Jika seperti itu permasalahan yang timbul selanjutnya adalah peristiwa RAPEL ABSEN oleh dosen – dosen tertentu. Benar kan? Ya, RAPEL atau Pengisian Absen yang diminta oleh dosen kepada mahasiswa ketika dosen tidak dapat mengajar perkuliahan karena berbagai alasan. Permasalahanya sekarang adalah siapa pihak yang dirugikan dan diuntungkan ??? mari kita bahas !
Sebelumnya mengapa Dosen dapat meRAPEL ABSEN ?
1.Adanya ‘kesepakatan’ tersembunyi antara mahasiswa dan DOSEN RAPEL ketika awal perkuliahan. Yang bermuara pada pelegalitasan rapel absen. Atau ‘konspirasi kemunduran’ dengan alasan dan tujuan mahasiswa aman dosen nyaman serta tenang.
2.Motivasi DOSEN RAPEL yang berorientasikan materi bukan kemajuan SDM mahasiswa.
Sekarang pihak yang diuntungkan ?
1.DOSEN RAPEL. Kenapa? Dengan adanya hitam diatas putih (absen) yang diteken oleh mahasiswa, DOSEN RAPEL dengan leluasa memperoleh uang dengan tanpa bekerja. Ibaratnya bekerja tanpa usaha namun mendapat laba (baca:uang). Renungkan!
2.MAHASISWA GADUNGAN. Kenapa? Inilah tipe mahasiswa yang orientasinya dalam kuliah adalah hanya untuk absen, diam dikelas, dan gelar yang ujung-ujungnya skripsi meminta di buatkan. Sehingga tidak memiliki kualitas apapun. Anda mau?
Sekarang pihak yang paling sangat amat dirugikan ?
1.MAHASISWA NORMAL. Kenapa? Bayangkan saudaraku... kita pergi dari rumah dengan tujuan mencari ilmu namun ketika di kampus dosen tak datang dan hanya mengisi absen saja. Rugi kan?... Kemudian tetesan keringat orang tua kita atau anda yang bekerja untuk biaya kuliah dan menuntut ilmu hanya terbayarkan dengan beberapa mililiter tetesan pena (absen) tanpa dapat apapun (ilmu) dan membuang uang secara percuma untuk dimakan oleh DOSEN RAPEL. Kita Mahasiswa telah menunaikan KEWAJIBAN kita (bayar SKS dsb), jadi saatnya kita menuntut HAK kita (Mendapatkan Ilmu), sehingga jangan sampai HAKÂ kita dihilangkan dengan begitu saja oleh oknum-oknum dosen rapel.
Bagaimana solusinya ?
1.LAWAN DAN TENTANG. Sampaikan dengan sopan dan santun kepada dosen. Dan jangan takutkarena ada BEM, Pengelola Fakultas dan Rektorat yang siap untuk membantu memberantas praktek ‘mafia absen’ ini karena hal tersebut merupakan pelanggaran – pelanggaran akademik yang nyata dan justru  menjadi sumber untuk memundurkan kualitas pendidikan kita.
Untuk itu marilah kita (mahasiswa dan dosen) menciptakan iklim pembelajaran yang lebih baik tanpa adanya hal – hal yang semakin memperburuk pendidikan kita. Hal – hal diatas diangkat karena sudah lamanya permasalahan ini berlangsung, bagaimana kita mau ‘UNGGUL DAN MANDIRI’ kalau sistem pendidikan ini telah ternodai... perubahan ke arah yang lebih baik itu dimulai dari hal – hal kecil seperti ini, jika kita tidak mampu melakukan perubahan kecil bagaimana kita bisa membuat kualitas pendidikan kita lebih ‘UNGGUL DAN MANDIRI’ lagi .
Salam Perjuangan ...   Hidup Mahasiswa ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H