Beberapa orang mengaku pernah mengalami alergi akibat makan ikan. Namun, gejala yang terjadi pada orang tersebut mungkin saja bukan merupakan alergi ikan.Â
Alergi ikan dan keracunan ikan terkadang memiliki gejala yang mirip sehingga sulit dibedakan.Â
Gejala yang biasanya muncul seperti kemerahan pada wajah, bentol-bentol di seluruh tubuh disertai rasa gatal, bengkak pada kelopak mata dan bibir, mual muntah, diare, berdebar, napas terasa berat, bahkan bisa mengalami pingsan setelah 30-60 menit mengkonsumsi ikan.Â
Jenis ikan yang sering menyebabkan keracunan adalah keluarga Scombridae, contohnya adalah ikan tuna dan tongkol. Kedua jenis ikan ini sering dikonsumsi sehari-hari oleh warga di Indonesia.Â
Keracunan ini dapat terjadi karena pengolahan atau penyimpanan ikan yang kurang tepat. Ikan sebaiknya disimpan pada suhu dibawah atau sama dengan nol derajat Celcius.Â
Jika ikan disimpan pada suhu diatas 4 derajat Celcius, kondisi ini menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri yang ada pada daging ikan, yang nantinya dapat menghasilkan suatu zat yang disebut histamin.Â
Histamin dalam konsentrasi tinggi di dalam daging ikan inilah yang akan menyebabkan gejala mirip alergi pada orang yang mengkonsumsinya.
Pasalnya, keberadaan histamin yang tinggi di dalam daging ikan tidak akan mengubah warna, bentuk, bau, maupun rasa pada ikan, sehingga secara kasat mata, ikan tampak normal.Â
Selain itu histamin ini juga tahan terhadap berbagai proses pengolahan ikan seperti pemanasan, pembekuan, pengasapan, bahkan pengalengan. Namun, tidak perlu khawatir.Â
Menurut literatur, keracunan ikan ini biasanya menunjukkan gejala yang ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 12 sampai 48 jam. Meskipun beberapa kasus dilaporkan dapat terjadi reaksi yang berat.Â
Jika pasien pernah mengalami keluhan serupa saat mengkonsumsi jenis ikan yang sama, kemungkinan besar reaksi tersebut adalah reaksi alergi.Â