Mohon tunggu...
Noviana Tri Lestari
Noviana Tri Lestari Mohon Tunggu... -

aku mahasiswi PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

A. Tantangan Masa Depan Pendidikan di Indonesia dan Pendidikan Global

21 Juni 2012   01:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 3716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1.Kesenjangan Kemajuan IPTEK, Prestasi Pendidikan dan HDI

Ketertinggalan sekolah tidak hanya terkait dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah-sekolah namun juga terkait dengan ketertinggalan akses infromasi seputar perkembangan saintek (sains dan teknologi). Ketertinggalan akses ini secara fundamental disebabkan oleh dua hal, pertama penguasaan operasional guru terhadap perangkat teknologi informasi, kedua karena belum semua sekolah mampu memenuhi ketersediaan perangkat teknologi informasi yang mampu memberikan akses informasi global yang memadai, semisal jaringan internet. Hal ini pun disebabkan oleh faktor fundamental lainnya yaitu kualitas SDM dan ketersediaan finansial.

Faktor pertama terkait dengan kesenjangan kemajuan teknologi dengan dunia pendidikan pada akhirnya kemudian melahirkan persoalan yang kedua yaitu ketertinggalan prestasi pendidikan.

Ketertinggalan kita terjadi pada aspek-aspek yang fundamental. Skill membaca tidak diragukan lagi sebagai skill yang sangat penting, dari data terlihat  bahwa budaya baca kita begitu rendah. Budaya baca terkait dengan kemauan 'memaksa diri' untuk membeli buku dan kemauan meluangkan waktu untuk membacanya. Jika dicermati dari fakta keseharian yang mudah kita temui, kita lebih mudah menginvestasikan kemampuan finansial dan waktu senggang kita kita untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengembangan diri dan ilmu pengetahuan, lebih cenderung pada pemenuhan 'nafsu jalan-jalan' dan tuntutan trend life style. Kemampuan matematika pun setali tiga uang, padahal kemampuan matematika sangatlah penting karena kemampuan berhitung sangat menunjang disiplin ilmu manapun. Kemampuan matematika juga akan berpengaruh terhadap logika dan sistematika berpikir seseorang, demikian dikatakan banyak pakar pendidikan. Begitupun  kemampuan problem solving, hal ini terkait juga dengan kemampuan riset, karena riset di dalamnya mencakup kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan riset yang dimiliki oleh siswa akan sangat berpengaruh pada upaya melahirkan penemuan-penemuan baru yang datang dari dunia pendidikan.

Ketertinggalan dalam dunia pendidikan akhirnya juga berkorelasi dengan peringkat human development index (HDI) SDM Indonesia, karena pendidikan sebagai salah satu perangkat sistemik yang ‘bertugas mengolah’ sumber daya manusia Indonesia sehingga berdaya saing global. Maka, tidaklah heran jika akhirnya kita ‘diganjar’ dengan peringkat HDI yang masih membutuhkan upaya kerja keras dan cerdas.

2.Pendidikan Global

Hal ini terkait dengan penerapan metode pembelajaran (dapat juga dikatakan sistem pendidikan) yang secara global saat ini diadopsi oleh negara-negara maju atau negara-negara yang peringkat HDI-nya masih di atas Indonesia, namun penerapannya belum terjadi di Indonesia. Isu global pendidikan juga terkait dengan wacana integrasi ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu agama, IPA, matematika, IPS, sastra dan disiplin ilmu lainnya tidak akan lagi berdiri sendiri, terpisah secara sporadis, namun akan akan menjadi suatu kesatuan ilmu yang melahirkan produk ilmu pengetahuan yang merupakan hasil integrasi dari berbagai disiplin ilmu.

Tuntutan dunia global yang harus dijawab oleh dunia pendidikan:

a.Tuntutan kemampuan profesional

b.Harga ekonomis

c.Tuntutan tinggi terhadap kualitas produk

d.Banyaknya pemain/pesaing (kompetitor)

e.Pasar Global

f.Daya saing tinggi

Paradigma yang secara teoritik dan praktik sudah dilakukan di sekolah-sekolah yang dinilai mampu menjawab tantangan global yaitu:

a.Sistem pendidikan yang saat ini lebih memprioritaskan kemampuan kognitif hafalan, sepatutnya diarahkan penguasaan pengetahuan dan kompetensi bidang studi.

b.Sistem pendidikan yang saat ini lebih mengarahkan keterampilan mekanistik, sepatutnya diarahkan ke arah pembekalan life skill, pola pikir kreatif dan inovatif.

c.Sistem pendidikan yang saat ini kurang memperhatikan nilai, sepatutnya diarahkan ke arah pembentukan sikap mulia terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, bermoral dan beretos kerja.

d.Sistem pendidikan yang saat ini kurang memperhatikan metode pembelajaran interaktif, sepatutnya diarahkan bagaimana membentuk hubungan yang interaktif, dialogis dan terbuka dalam proses belajar (dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai etika secara proporsional, red). Konsep student center pada tataran praktisnya belum terealisasi sebagaimana diharapkan.

Pendidikan Perspektif Global atau disebut juga pendidikan Global artinya pendidikan yang membekali wawasan global untuk membekali siswa memasuki era globalisasi sehingga siswa mampu bertindak lokal dengan dilandasi wawasan global. Pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan global dalam aspek ekonomi, seni budaya, SDM, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain ke dalam kurikulum sekolah yang akhirnya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk persaingan global. Pendidikan Global dirasa perlu di sebabkan kemajuan komunikasi & transportasi yang dirasakan dunia semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses universalisasi melanda berbagai aspek kehidupan.

Tujuan Pendidikan Global

a.Mengembangkan pengertian keberadaan mereka membentuk masyarakat.

b.Memberi pengertian mereka yang merupakan anggota masyarakat manusia.

c.Menyadarkan mereka adalah penghuni planet bumi, dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut.

d.Mereka adalah partisipan atau pelaku aktif dalam masyarakat global.

e.Mendidik siswa agar mampu hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia, penghuni planet bumi, dan sebagai anggota masyarakat global.

Pendidikan Global menekankan pada:

a.Kesadaran terhadap perspektif global.

b.Memahami sistim-sistim global.

c.Sejarah globalisasi.

d.Saling pengertian terhadap budaya bangsa lain.

3.Contoh Pendidikan Global

Para siswa di Bangladesh bertukar wawancara dalam video dengan siswa di Georgia. Siswa SMA di Illinois belajar bahasa Jepang, Latin, Perancis, dan Jerman dengan menggunakan diskusi online bersama para siswa dari negara-negara lain.

Siswa-siswi dari seluruh dunia mengadakan penelitian mengenai spesies binatang yang hampir punah dari daerah masing-masing, dan berbagi informasi tersebut dengan menerbitkannya di situs web bersama. Terhubung secara global melalui kemajuan teknologi Internet, termasuk perangkat Web 2.0, dapat menjadi suatu kenyataan bagi siswa di dalam kelas manapun.

Selagi komunitas lokal mencerminkan keragaman dunia, para siswa perlu dipersiapkan untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan individu-individu dari negara dan budaya lain yang berbeda. Mengintegrasikan pendidikan global ke dalam pelajaran, memberikan kesempatan bagi para siswa untuk terhubung dengan teman-teman dari negara-negara lain tanpa perbatasan geografis, mengembangkan pengetahuan serta kesadaran tentang dunia, dan menumbuhkan minat dan keingintahuan mengenai apa yang mereka pelajari.

4.Tantangan Masa Depan Pendidikan di Indonesia

a.Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas

Pendidik yang kuat dan cerdas bukan semata – mata pendidik yang secara fisik memiliki badan atau tubuh yang kuat dan pandai. Lebih dari itu, yang dimaksud dengan berkarakter kuat adalah di samping fisik yang kuat, pendidik harus memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, penuh tanggung jawab dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang diembannya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka ke luar (out of track) dari “jalan dan perjuangan yang benar”. Sedangkan pendidik yang cerdas berarti memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan pemikiran yang mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pengembangan-pengembangan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan membangun manusia seutuhnya baik dari segi intelektual maupun moral.

b.Peran guru dalam pembelajaran

Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran (Davies dan Ellison, 1992). Karena peran mereka yang sangat penting itu, keberadaan guru bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers’ companion (sahabat – mitra guru).

Guru  memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, dengan adanya sertifikasi diharapkan guru agar dapat lebih berperan secara aktif, efektif dan profesional. Hal tersebut tentu saja tidak dapat dilakukan, ketika guru tidak memiliki beberapa persyaratan, antara lain keterampilan mengajar (teaching skills), berpengetahuan (knowledgeable), memiliki sikap profesional (good professional attitude), memilih, menciptakan dan menggunakan media (utilizing learning media), memilih metode mengajar yang sesuai, memanfaatkan teknologi (utilizing technology), mengembangakan dynamic curriculum, dan bisa memberikan contoh dan teladan yang baik (good practices) (Hartoyo dan Baedhowi, 2005).

c.Upaya peningkatan mutu guru

Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru. Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru yaitu sertifikasi guru, peningkatan mutu dan profesionalisme guru, adanya asosiasi profesi, dan upaya-upaya lain seperti peberian beasiswa, pemberian penghargaan, dan peningkatan kesejahteraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun