Surakarta, 27 Oktober 2023 - Sekolah Dasar Negeri (SDN) Petoran merupakan salah satu sekolah inklusi yang telah menjadi rujukan sejak awal pencanangan sekolah inklusi di Kota Surakarta. Sekolah ini beralamat di Jl. Asem Kembar, RT 01 RW 08, Jebres, Surakarta. Terdapat total 12 siswa berkebutuhan khusus yang terbagi dalam 12 kelas mulai kelas 1 hingga kelas 6. Sebagian besar hambatan yang dimiliki siswa adalah slow learner dan tunagrahita ringan. "Kalau di sini, kebanyakan (siswa berkebutuhan khusus) mengalami kesulitan dalam belajar dan berkonsentrasi saat pembelajaran", papar koordinator program inklusi SDN Petoran.
Pada survei yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa anak yang berkebutuhan khusus di SD tersebut memiliki kesulitan dalam kegiatan menulis. Menurut Lerner (dalam Dewi, 2021), faktor  yang menyebabkan kesulitan menulis salah satunya adalah kurangnya keterampilan motorik halus pada anak. Hal tersebut membuat kegiatan pembelajaran menjadi terhambat. Oleh karena itu, hal ini menjadi perhatian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret yang mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Riset untuk melakukan penelitian lebih dalam untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh empat orang mahasiswa program studi S1 Fakultas Psikologi di bawah bimbingan Ibu Alma Marikka Geraldina, S.Psi., M.A.
Meninjau dari permasalahan yang ada, kegiatan kolase dipilih sebagai intervensi dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak berkebutuhan khusus di SDN Petoran. Kegiatan kolase dipilih karena mempertimbangkan kegiatan kolase adalah aktivitas yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Rangkaian kegiatan intervensi dimulai dengan pelaksanaan asesmen untuk memetakan kemampuan motorik halus siswa berkebutuhan khusus. Asesmen dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Hasilnya, sebagian siswa berkebutuhan khusus memiliki kesulitan dalam berbagai kegiatan yang menggunakan kemampuan motorik halus. Berdasarkan hasil asesmen, dilakukan intervensi dengan kegiatan kolase yang terdiri dari tiga sesi pretest, delapan sesi intervensi, dan tiga sesi posttest.
Instrumen  yang digunakan dalam kegiatan intervensi dikembangkan oleh tim peneliti. Tim peneliti juga mengembangkan modul yang digunakan sebagai dasar keberjalanan intervensi. Intervensi yang diberikan terdiri dari kegiatan memisahkan biji-bijian, menggunting pola, mengoleskan lem, dan menempelkan biji-bijian sesuai pola. Secara garis besar, kegiatan tersebut berhasil meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada aspek yang diajarkan saat intervensi.
Selain melakukan penelitian, mahasiswa juga melakukan pendampingan pada anak berkebutuhan khusus. Pendampingan dilakukan di kelas sesuai pembelajaran dan di luar kelas sesuai kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Untuk menjangkau sasaran yang lebih luas, terdapat program lain yang dilaksanakan yaitu penyediaan layanan konseling bagi seluruh siswa SDN Petoran. Konseling diberikan secara individu dan kelompok dengan kerjasama dari guru-guru dan pihak sekolah.
Pada akhirnya kegiatan ini memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menyediakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus secara langsung. Di sisi lain, program ini juga membantu pihak sekolah dalam memberikan pelayanan kepada siswa berkebutuhan khusus. "Sangat terbantu, mbak. Karena jika di kelas kebanyakan bapak/ibu guru lebih berfokus pada sebagian besar anak lain dan hanya beberapa kali memperhatikan siswa yang berkebutuhan khusus. Keberadaan mahasiswa meringankan pekerjaan bapak/ibu guru juga memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak", ungkap Kepala SDN Petoran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H