Mohon tunggu...
Novi Amalia
Novi Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Definisi dan Ciri Fundamentalisme

5 Juli 2023   16:03 Diperbarui: 5 Juli 2023   16:09 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Definisi Fundamentalisme

Fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti asas, sifat dasar, landasan. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalist yang bermakna pokok. Dalam bahasa Arab, Ushululiyyah sendiri berasal dari kata ushul yang artinya pokok. Maka, fundamentalisme merupakan faham yang meyakini tentang ajaran paling dasar dan pokok yang berkenaan dengan ajaran keagamaan atau aliran kepercayaan.

Negatif karena istilah Fundamentalisme sering dimaknai sebagai suatu paham yang menentang terhadap segala bentuk modernisasi yang semakin mengglobal sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Pada awalnya istilah fundamentalisme juga digunakan untuk menyebut penganut Katholik yang menolak modernitas dan mempertahankan ajaran ortodoksi agamanya, saat ini juga digunakan oleh penganut agama-agama lainnya yang memiliki kemiripan, sehingga ada juga fundamentalisme Islam, Hindu, dan juga Buddha. Sejalan dengan itu, penggunaan istilah fundamentalisme pada perkembangan selanjutnya menciptakan citra tertentu, misalnya ekstrimisme, fanatisme, atau bahkan terorisme dalam mempertahankan keyakinan agamanya. Mereka yang disebut kaum fundamentalis sering disebut tidak rasional, tidak moderat, dan cenderung melakukan tindakan kekerasan jika perlu.

Ciri-ciri Fundamentalisme

  • Kembali pada pegangan hidup sehari-hari yaitu Kitab Suci yang mereka percayai tidak pernah salah. Untuk menemukan kembali nilai kebenaran fundamental, kaum Fundamentalis beralih ke pedoman hidup sehari-hari, Kitab Suci. Kitab Suci sama sekali tidak salah karena "diwahyukan" oleh Allah, dan karena itu, didalamnya tidak mengandung kesalahan sedikitpun, baik dalam hal teologi, sejarah, geografi, ataupun sains yang dikandungnya. Mereka menolak setiap studi kritis terhadap Kitab Suci jika akhirnya hanya digunakan untuk mempertanyakan kebenaran berita Kitab Suci itu sendiri. Penemuan baru dalam sains tidak boleh digunakan untuk membuktikan kebenaran Kitab Suci. Sebaliknya, semua fakta tentang kehidupan manusia harus didapatkan dari upaya pengumpulan petunjuk-petunjuk dari Kitab Suci dan kemudian semua ilmu pengetahuan ilmiah harus disesuaikan dengan fakta-fakta kebenaran Kitab Suci tersebut. Jadi, satu-satunya sumber kebenaran haruslah kitab suci, bukan sains. Karena diwahyukan oleh Allah, Kitab Suci bersifat otoritatif dan apapun kandungannya harus diwujudkan didalam kehidupan kini.
  • Percaya adanya zaman yang baru yang akan datang (Kerajaan Seribu Tahun). Mereka percaya akan datangnya Kerajaan Serinu Tahun, dan apa yang akan terjadi ketika itu benar-benar tiba. Ketika saatnya tiba, akan terjadi penghakiman kosmis, dimana dunia ini akan terbagi menjadi dua kelompok; yaitu kelompok yang akan dimasukkan ke dalam Kerajaan Seribu Tahun dan kelompok yang tidak akan dimasukkan ke dalam Kerajaan Seribu Tahun. Mereka yang mematuhi kebenaran Kitab Suci akan dimasukkan ke dalam Kerajaan Seribu Tahun sementara mereka yang tidak mematuhi kebenaran ini akan ditinggalkan. Pada hari-hari terakhir orang beriman akan mendengar suara sangkakala surgawi, dan saat itulah mereka semua akan diangkat ke surga dan meninggalkan orang-orang yang tidak percaya. Keyakinan ini akan menjadi dasar pertimbangan etis untuk bertindak dalam kehidupan ini. Bahkan bukan tidak mungkin mereka akan sangat berani dan rela mati demi Kerajaan Seribu Tahun ini. Dipercaya bahwa kedatangan Kerajaan Seribu Tahun akan terjadi kapan saja tanpa diketahui oleh orang-orang tertentu.
  • Bersifat separatis. Ketika kaum Fundamentalis harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak beriman, dan mereka percaya bahwa mereka adalah orang-orang berdosa yang terlihat dari perilaku hidup mereka yang tidak sesuai dengan norma-norma keimanan mereka, mereka tidak segan-segan untuk menghadapi dan memisahkan diri dari mereka. Bahkan dari anggota keluarga Fundamentalis tidak segan-segan memisahkan diri ketika menemukan alasan yang sama. Hanya itu yang mereka lakukan agar mereka tidak terbuang sia-sia dari anugerah beradadi Kerajaan Seribu Tahun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun