Indonesia  merupakan sebuah bangsa besar yang memiliki banyak peninggalan dengan kemajuan peradaban semenjak zaman dulu, dari pemikiran yang primitif hingga modern. Di Nusantara, terlahir dengan beberapa golongan, ras, suku, budaya, etnis, dan agama yang berbeda dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Dengan perbedaan ini, para pendahulu menyepakati terbentuknya Bhineka Tunggal Ika sebagai salah satu pilar, menurut buku Pendidikan Pancasila karya Kaelan.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Menurut Sumpah Pemuda tahun 1928, Masyarakat Indonesia dengan perbedaannya harus menyamakan pula bahasa, bangsa, serta tanah airnya.
Bhineka Tunggal Ika merupakan suatu bentuk idealisme Negara Indonesia, tetapi didalam realitasnya, mayoritas masyarakat Indonesia bertolak belakang dengan idealismenya.
Kini, Masyarakat Indonesia cenderung bersikap egois dan mau menang sendiri sehingga hal ini menimbulkan sikap intoleran. Paradigma masyarakat Indonesia yang dulu akan Bersatu karena penindasan dari kaum penjajah sehingga mengharapkan kemerdekaan. Hal itudapat terlihat pada zaman dulu sebelum kemerdekaan, tetapi kini masyarakat Indonesia cenderung hidup didalam kefanatikan.
Didalam sebuah negara maju diciptakan dari sikap toleran dan saling membantu dalam memajukan negarannya. Narasi yang seperti itu, penulis melihat sangat berbeda dengan Indonesia jika dilihat dalam segi realitasnya. Melihat konflik pilpres 17 April 2019, penulis dapat melihat bahwasanya Indonesia terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu Jokowi dan Prabowo. Ketika masyarakat Indonesia bangun atas dasar kefanatikan, kehancuran Negara akan berada didepan mata. Peradaban hanya sebuah impian yang tidak dapat dibuktikan jika paradigma berfikirnya mengenai kepentingan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi pluralisme, sehingga perbedaan seharusnya bukan merupakan suatu permasalahan. Bung Karno mengatakan bahwa, bangsa adalah satu jiwa, satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar, kebangsaan tidak tergantung dengan persamaan Bahasa, meski dengan adanya Bahasa persatuan, bisa lebih memperkuat rasa kebangsaan.Â
Keunikan Negara Indonesia berbeda dengan Negara lain, secara ideal terkenal dengan Negara yang menjunjung persatuan dan kesatuannya. Penulis dapat melihat adanya perbedaan, misalnya terletak pada agamanya, warna kulitnya, bahasanya, sukunya, dan lain sebagainya. Berdasarkan keturunanya, Masyarakat Indonesia memiliki Bahasa yang berbeda-beda seperti Jawa, Sunda, Melayu, Batak, dan lain sebagainya yang mencakup Sabang sampai Merauke.
Meskipun bahasanya bermacam--macam, jika mereka ingin Bersatu, maka disebut bangsa. Terdapat slogan teka-teki yang bagus yang harusnya direalisasikan dan difahami, yaitu "bukan saya dengan anda tetapi saya bersama anda"Â
Semangat untuk merekonstruksi jiwa kebhinekaaan harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan dengan bercita-cita memajukan peradaban. Kemajuan peradaban dapat direalisasikan dengan semangat yang berkobar mewujudkan persatuan dan menghindari perpecahan.
Kata Nurcholis Majid, sesungguhnya dorongan melakukan perbuatan baik merupakan 'bakat primordial' manusia, bersumber dari hati Nurani, sesuai fitrah manusia.Kata-kata itu merupakan sebuah sindiran kepada seseorang yang melupakan fitrahnya dan semakin mementingkan jiwa kefanatikan.
Masyarakat Indonesia jika ingin menuai kemajuan, pandangan positif mengenai perbedaan harus dilakukan. Penulis melihat, perbedaan bukan merupakan sesuatu yang negatif karena hidup didalam keanekaragaman dapat saling membantu didalam sisi kekurangan dan kelebihan setiap orang. Perbedaan biarlah tetap ada dan kewajiban masyarakat Indonesia adalah bersikap toleransi dan menghargai orang lain. Pada dasarnya manusia itu adalah merdeka, berhak memilih sesuai hati nuraninya dan menganggap suatupekerjaan adalah hal yang menyenangkan.