Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia bahkan dunia sudah terhitung selama lebih dari 1 tahun lama nya. Sistem pembelajaran yang dahulu menggunakan pembelajaran tatap muka, saat ini menjadi sistem pembelajaran jarak jauh berbasis online/daring. Namun bagaimana jika siswa memiliki keterbatasan dalam sekolah online? Solusi apa yang harus di berikan?
Menjawab dari berbagai pertanyaan di atas, pemerintah melalui Kemendikbud Ristek meluncurkan program Kampus Mengajar. Program ini menjadi suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk turut serta berkontribusi dalam menemukan solusi dan membantu ketertinggalan sekolah akibat dampak dari pandemi. Sebanyak 22.000 mahasiswa telah lolos menjadi peserta Kampus Mengajar Angkatan 2 dan siap mengabdikan diri membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebelum para peserta diterjunkan ke sekolah, mereka diberikan pembekalan terlebih dahulu terkait pembelajaran literasi dan numerasi selama delapan hari.
Program Kampus Mengajar 2 dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 hingga Desember 2021. Dalam program ini, dua mahasiswa UM Surabaya, Novia dan Hana ditempatkan di SD. Fajar Jaya Surabaya. Sekolah ini memiliki 58 siswa, 9 guru, dan tidak memiliki pegawai di bidang administrasi. Kegiatan awal yang dilakukan yaitu observasi untuk menemukan masalah apa saja yang terdapat di sekolah dan selanjutnya di buat program kerja yang menjadi solusi.
Saat observasi di temukan berbagai macam masalah akibat dari pandemi. Ibu Masruroh selaku guru kelas 2 menjelaskan “Yaa dampak dari pandemi ya mbak, kan sekolah nya online jadi siswa dirumah nya belum tentu selalu belajar, jadinya semangat belajar siswa menurun, belum lagi di sekolah ini kan ekonomi nya menengah kebawah jadi kadang siswa telat atau kadang tidak mengumpulkan tugas karena ga punya kuota”.
Permasalahan lainnya di temukan saat kegiatan pengajaran berlangsung. Ditemukan siswa kelas 3 yang masih belum lancar membaca bahkan lupa terhadap beberapa huruf. Setelah menanyakan hal tersebut kepada wali kelas ternyata siswa tersebut memang jarang mengikuti pembelajaran dan sering tidak mengumpulkan tugas, sudah di komunikasi kan dengan orang tua tetapi orang tua nya pasif dikarenakan sibuk bekerja.
Akhirnya sekolah memberikan kebijakan untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran luring terbatas dengan mematuhi protokol yang berlaku. Kami memberikan kelas tambahan untuk siswa tersebut belajar membaca. Diawal pertemuan kami memberikan flashcard/kartu huruf untuk mengingatkan kembali siswa tersebut dengan huruf. Di hari selanjutnya kami memberikan kalimat pendek yang di garis setiap 2 suku huruf. Kami juga mengenalkan aplikasi AKSI dari Kemendikbud yang berisikan berbagai cerita yang membuat siswa tertarik terhadap alur cerita tersebut. Setelah beberapa bulan dengan pembelajaran rutin, siswa tersebut cukup lancar dalam membaca.
Di kelas lainnya, kami juga memberikan pengajaran dengan metode belajar sambil bermain. Kami memberikan materi penguatan Literasi dan Numerasi dengan menggunakan teka teki silang, kuis, dan bernyanyi. Siswa juga diberikan pembelajaran kreatif dengan membuat gelang dan bros dari kain bekas. Dalam hal penguatan motivasi belajar, di berikan program psikoedukasi dengan mengenalkan siswa berbagai studi yang di tempuh oleh rekan rekan mahasiswa dan profesi yang ada, selanjutnya di buat papan cita citaku untuk menuliskan cita cita dan impian siswa.
Diharapkan dengan berbagai kegiatan yang di berikan kepada siswa, dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan yang ada di lingkup bidang pendidikan, khususnya di SD. Fajar Jaya Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H