Apa sih terapi Client centered itu?
Terapi client centered biasa disebut juga dengan terapi pemusatan diri klien. Kalau dalam arti panjangnya merupakan suatu teknik terapi yang dilakukan dengan cara memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat lebih mengarahkan, memahamkan, serta menghargai diri sendiri tanpa adanya prasangka, untuk membantu klien dalam menangani masalah yang sedang dihadapi. Terapi ini dikembangkan oleh tokoh Psikologi bernama Carl Roger. Beliau adalah salah satu tokoh humanistik yang memang terkenal karena terapi ini. Ternyata beliau tidak suka mempelajari secara mendalam alasan mengapa seseorang melakukan suatu tindakan tertentu (seperti halnya tokoh-tokoh lain), namun beliau lebih cenderung tertarik untuk membantu orang lain dalam mencari solusi masalah yang dihadapi, dengan cara menyadarkan, menuntun individu tersebut agar sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
Mengapa terapi ini bisa dilakukan oleh siapa saja?
Secara singkatnya, semua orang memang bisa melakukan terapi ini. Karena dalam proses terapi ini yang paling dibutuhkan adalah kemampuan empati seorang terapis. Empati merupakan kemampuan seseorang dalam menempatkan diri pada suatu situasi orang lain guna mengerti dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut. Dalam hal ini terapi hanya dapat menangani masalah-masalah yang ringan seperti keputusasaan dalam menjalankan karir maupun kuliah, putus pacar, dan masih banyak lainnya.
Bagaimana caranya?
Di sini peran seorang terapis seolah-olah hanya sebagai fasilitator. Mendengarkan curhatan masalah klien dan memberikan feedback yang positif. Memberikan respon yang baik setelah memahami cerita atau pengalaman dari klien, serta melihat seberapa jauh kemampuan klien tersebut dalam memahami dirinya sendiri, sehingga klien dapat diarahkan untuk menemukan problem solving yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Misalnya ketika mengahadapi klien yang putus asa dengan kuliahnya.
Klien: Saya merasa tidak mampu lagi kuliah, tugasnya sangat berat. Saya memang tidak berniat sekolah di sini.
Terapis: Saya tahu, memang kuliah sulit dijalani. Apalagi ketika banyak tugas.
Klien: iya memang itulah yang membuat Saya merasa berat menjalaninya. Tapi disisi lain orangtuaku selalu mendukung, dan memfasilitasi segala kebutuhanku.
Terapis: memang berat, tapi apakah ketika orangtua Anda sudah berkoran banyak untuk Anda lalu Anda mengecewakan mereka dengan berhenti kuliah? Lalu Anda akan jadi apa kedepannya?
Klien: sebenarnya berlebihan jika hanya karena tugas yang berat lalu Saya berhenti kuliah, namun Saya juga merasa tertekan dengan tugas-tugas tersebut, di sisi lain orangtua sangat berharap Saya lulus dengan nilai yang baik. Kalau Saya berhenti kuliah, belum tau mau jadi apa.
Terapis: Apakah sesulit itu mengerjakan tugas bagi anda, sehingga seolah-olah tak ada jalan untuk memecahkannya? Allah memberikan kita masalah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya kan? Anda mendapatkan tugas kuliah, beserta cara mengerjakan atau bagaimana penyelesaiannya bukan?
Klien: ya, tapi Saya merasa tidak mampu mengerjakan semua sekaligus. Dan Saya terlalu malas. Saya bukan orang yang pintar.
Terapis: Anda mengakui bahwa anda malas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut? Berarti itu Anda belum berusaha semaksimal mungkin? Anda tidak boleh menyerah begitu saja. Bukan pintar yang diperlukan dalam mengerjakan sulitnya tugas, namun kegigihanmu.
Klien: sebenarnya Saya cukup memahami pelajaran itu, tapi Saya malas untuk berfikir. Saya masih suka bersenang-senang dengan teman-teman. Apakah Saya bisa?
Terapis: memang tiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Namun mengapa tidak lekas mencoba sedikit demi sedikit? Siapa tahu saat ini Anda memang sedang malas dan dalam mood yang tidak baik. Anda telah menjalani kuliah untuk waktu yang cukup lama, sayang sekali jika Anda harus mundur karena tugas yang ada. Di sisi lain Anda sangat memikirkan perjuangan orangtua Anda bukan? Mengapa tidak Anda lakukan saja, sedikit demi sedikit? Anda pati bisa, karena Anda sendiri bilang bahwa Anda sudah paham dengan cara penyelesaian tugas yang telah diberikan? Kalau Anda berhasil mendapatkan nilai yang baik, tentu orangtua akan bahagia, dan Anda juga akan merasa puas bukan? Dan ketika anda mengalami kesulitan seperti ini lagi, anda hanya cukup mengingat tujuan anda kuliah disini dan kebahagian orangtua Anda.
Demikian penjelasan dan contoh terapi client centered dari penulis. Selain sebagai terapi perubahan perilaku buruk, terapi ini juga jadi fokus dalam model pendidikan humanistik. Yaitu berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan karir.
Semoga bermanfaat bagi pembaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H