Mohon tunggu...
Novi Anggraeni
Novi Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid

Saya suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desa Linggoasri Menciptakan Kerukunan dalam Bertoleransi Antar Agama

5 Oktober 2023   14:35 Diperbarui: 5 Oktober 2023   14:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Desa Linggoasri merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Linggoasri secara umum dikenal sebagai desa dengan keasriannya di Kabupaten Pekalongan. Daerah yang berada di ketinggian 600 MDPL ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Paninggaran. Selain itu daerah Linggoasri terkenal dengan daerah wisata yang sering dikunjungi oleh berbagai wisatawan dan tidak banyak orang tahu bahwa Desa Linggoasri ini terdapat beberapa agama seperti hindu, budha, kristen dan islam. Bahkan disana juga ada bangunan Pura yang bernama Pura Kalingga Satya Dharma. 

Mayoritas penduduk Linggoasri beragama hindu. Warga Desa Linggoasri sebagian besar pekerjaanya sebagai petani. Para petani ini menjual hasil panenya untuk kehidupan sehari-hari.Warga antar umat beragama di linggoasri selalu bergotong-royong dan bekerjasama dalam hidup bersosial. 

Warga senantiasa bekerjasama dari pembangunan hingga kebersihan lingkungan maupun kumpulan  Desa.  Kehidupan masyrakat Desa Linggoasri menerapkan  nilai-nilai yang mereka yang pegang bersama sebagai sumber ikatan sosial yang bersifat terpadu. Bahwa masyrakat yang tinggal di Desa dengan nilai-nilainya yang terpadu itu biasanya memiliki ikatan kekeluargaan dan kedekatan hubungan sosial yang kuat. Nilai-nilai itu bersifat terpadu karena diikat oleh budaya yang sama, termasuk adat-istiadat yang dijadikan sebagai kerangka hidup bersama sehingga dengan adanya kesamaan nilai tersebut menjadikan mereka lebih rukun .

Meskipun terdapat keyakinan yang berbeda-beda, Desa Linggoasri ini dapat menciptakan kerukunan tanpa membeda-bedakan keyakinanya mereka. Banyak tradisi agama islam yang masih dijalankan sampai saat ini seperti maulid nabi, manakib, tahlilan, dan sedekah bumi. Begitupun sebaliknya banyak juga tradisi agama hindu yang masih dijalankan saat ini seperti nyepi, melasti, dan pawai ogoh-ogoh. Dalam merayakan pawai ogoh-ogoh,masyarakat muslim juga ikut membantu mengamankan jalan agar tidak macet, mengikuti kirab ogoh-ogoh, dan ikut membantu meggotongkan gunungan yang berisi sayuran dan buah-buahan. Tidak hanya itu, anak muda yang beragama muslim juga ikut mengiringi alat musik angklung dalam kirab ogoh-ogoh. Alunan musik rancak yang dipadukan dengan alat musik yang identik agama islam merupakan sebuah harmonisasi dalam pertunjukan yang damai.

Wujud kerukunan dan meleburnya kultur ini juga tak hanya sebatas upacara dan keagamaan. Tetapi berlaku juga di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Dengan adanya tradisi yang berbeda dapat menciptakan kerukunan dalam bertoleransi. 

Karena toleransi antar umat beragama di Desa Linggoasri sudah tertanam dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mewujudkan rasa persatuan yang erat. Toleransi tidak hanya dipraktikkan oleh etika yang menghargai ras, agama, budaya, suku, dan kelompok yang berbeda dengan kita, akan tetapi sikap menghargai pendapat orang juga termasuk bagian dari toleransi. Semakin banyak orang yang memiliki sikap toleran semakin baik kehidupan antar umat beragama.

" Dari dulu saya bisa menerima perbedaan dari orang tua kami dan leluhur kami. Jadi perbedaan itu menjadi kodrat hidup yang tidak saya permasalahkan dan tidak bisa saya tolak. Dengan adanya perbedaan setiap keyakinan, saya tetap menjalin hubungan dengan baik dan bertoleransi dengan erat dan indah." Ungkap bapak Taswono, salah satu pemangku agama hindu.

Toleransi beragama ini bisa dilihat di Desa Linggoasri dalam kehidupan sehari-hari seperti bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan keyakinan, menghargai dan menghomati orang yang sedang beribadah, ketika umat muslim merayakan hari raya idul fitri masyarakat non muslimpun ikut menyambut kedatangan umat muslim, dan membukakan pintunya untuk umat muslim yang ingin bersilaturahmi. Dengan adanya toleransi beragama dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan setiap pemeluk agama sebagai pengakuan terhadap keyataan ada agama lain.

Dengan demikian, kita sebagai pemeluk ajaran agama dapat menghayati dan memperdalam ajaran agama serta berusaha mengamalkannya, serta terhindar dari perpecahan antar umat beragama akibat perbedaan. Perbedaan bukan untuk dibedakan tetapi untuk memberikan warna dalam nuansa perdamaian. Untuk menciptakan kondisi yang penuh perdamaian, masyrakat Linggoasri dan negara  harus saling bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama.  Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa mari belajar menghargai dan menerapkan sikap toleransi kepada sesama manusia entah perbedaan suku, ras, maupun agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun