Mohon tunggu...
Novi Imroatul Awaliyah
Novi Imroatul Awaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/ Universitas Negeri Surabaya

Menulis Bahasa, Sastra, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Angkatan Pujangga Baru dalam Sejarah Sastra

5 April 2024   11:37 Diperbarui: 5 April 2024   11:53 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Pujangga Baru terbit pada tahun 1933 sampai 1942, yaitu pada masa sebelum perang. Pada masa itu karya sastra khususnya sajak-sajak, banyak yang berisikan mengenai semangat perjuangan untuk melawan penjajahan Belanda. Kemudian pada tahun 1942, pemerintah Jepang melarang majalah Pujangga Baru terbit. Setelah itu pujangga baru kembali terbit pada tahun 1994 sampai 1953, yaitu pada masa sesudah perang. Majalah ini merupakan terompet serta penyambung lidah para sastrawan pujangga baru. Penerbitan majalah tersebut dipimpin oleh tiga serangkai Pujangga Baru, yakni Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana. Konten majalah Pujangga Baru, yaitu surat pembaca, esei, puisi, dan iklan.  Dalam manifestasi Pujangga baru dinyatakan bahwa fungsi kesusastraan melukiskan atau menggambarkan tinggi rendahnya budaya dan martabat suatu bangsa dan mendorong bangsa tersebut ke arah kemajuan.

          Konsep Seni Pujangga Baru, Polemik kebudayaan yang pertama kali digelar tahun 1935 menjadi ladang perdebatan para intelektual, termasuk juga sastrawan. Konsep 'seni untuk seni' dan 'seni untuk masyarakat' adalah dua kubu yang secara terbuka bertentangan ketika itu. Yangpertama dimotori oleh Sultan Takdir Alisajhbana, yang kedua oleh Sanusi Pane.STA menganggap bahwa sejarah Indonesia baru dimulai di awal abad ke 20, adapunsejarah kerajaan nusantara disebut sebagai sejarah pra Indonesia. Disamping ituSTA juga amat mengagungkan barat, dan menyerukan masyarakat Indonesia agarmeniru barat secar kontan, karena dengan seperti itu masyarakat bisa setaradengan penjajah belanda. Bahkan tidak menutup kemungkinan bakal menyaingibarat. Keseriusan STA bisa dilihat dari tulisannya yang dimuat di majalahPujangga Baru bertajuk "Menudju Masjarakat dan Kebudayaan Baru". Konsep kedua dibawah komando Sanusi Pane dan Amir Hamzah, yang kemudian menurutpengamatan menulis, menjadi cikal bakal lahirnya Manikebu tahun '63. SanusiPane yang berlatar belakang seorang yang nurut, menyadarkan bahwa seni untukkedamaian seni sendiri, tidak dicampuri oleh urusan lain. Begitu juga denganAmir Hamzah seorang putra mahkota yang semasa kecil hidup di lingkungan mewah,berujar sama dengan Sanusi Pane. Akan tetapi perdebatan itu hanya terjadi diruang diskusi sehingga kebersamaan masih tetap terjalin. Apalagi Armijn Panesebagai adik dari Sanusi Pane berusaha menengahi perdebatan tersebut. Duapandangan perbeda tentang seni mempengaruhi puisi yang lahir dari tangan mereka.

           Gerakan de Tachtigers (Bahasa Indonesia: Gerakan Delapan Puluh) adalah suatu gerakan sastra yang ada di Belanda yang melejit pada tahun 1880-an. Gerakan sastra ini dianggap berpengaruh pada gerakan sastra yang ada di Indonesia, Pujangga Baru.[1] Pengaruh ini diakui oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane dalam Pujangga Baru edisi April 1983 ketika mereka memperingati Willem Kloos.[2] Latar belakang gerakan ini adalah perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di eropa sebagai hasil Perang Prancis-Jerman pada tahun 1870, industrialisasi, dan gerakan buruh dan sosialisme. De Tachtigers dimulai kira-kira pada tahun 1880-an di kalangan mahasiswa di Amsterdam.[3] Di kafe-kafe para mahasiswa ini membicarakan kejemuan terhadap keadaan sastra Belanda saat itu, dengan mengecualikan Multatuli dan Busken Huet. Bersama beberapa penulis mereka mendirikan lingkaran sastra Flanor. Untuk menerbitkan karyanya mereka mendirikan majalah bernama De Nieuwe Gids (Pandu Baru) pada tahun 1885. Redaksinya terdiri atas Willem Kloos, Albert Verwey, Frederik van Eeden, Wouter Paap, dan Frank van der Goes. Selain sastra, majalah itu memuat pembahasan tentang politik, sosial ekonomi, dan ilmu.[4] Tahun 1894 majalah itu berhenti terbit. Tahun 1895 majalah itu terbit kembali di bawah pimpinan Kloos, tetapi sudah tidak berarti lagi.[5] Melalui De Nieuwe Gids sastrawan Gerakan Delapan Puluh mengeritik para sastrawan Belanda saat itu yang kebanyakan berasal dari kalangan pendeta dan puisinya yang dianggap lembek. De Tahtigers dipengaruhi oleh estetisme penyair semacam Keats dan Shelley, individualisme Baudelaire dan Flaubert, dan naturalisme Prancis.[4] Di antara sastrawan Gerakan Delapan Puluh terdapat pertentangan soal pandangan kesenian dan kedudukan seniman. Willem Kloos menekankan pandangan seni untuk seni (l'art pour art), sedangkan sastrawan semacam Frank van der Goes dan Wouter Paap menentangnya.[6] Individualisme seniman yang dianut Kloos juga ditentang.[5] Pandangan kesenian lainnya yang dikemukakan oleh Gerakan Delapan Puluh adalah bentuk dan isi seni harus merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Bentuk seni ditentukan oleh isinya.

          Lahirnya sesuatu di dunia ini pasti mempunyai kelebihan dan juga kekurangan tersendiri. Begitu juga dengan lahirnya Angkatan Pujangga Baru. Salah satu keuntungannya adalah membawa semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan dan masyarakat umum. Sedangkan, kekurangannya yakni kebanyakan pengarang berasal dari satu daerah saja yaitu Sumatra.

Pelopor Angkatan Pujangga Baru dan Karya-karyanya:

  • 1. Sutan Takdir Alisjahbana

Orang besar ini dilahirkan di Natal (Tapanuli) pada11-02-1908. Setelah menamatkan HIS di Bengkulu ia memasuki Kweekschool diBukitinggi dan kemudian HKS di Bandung. Setelah itu ia belajar untuk Hoof Dactedi Jakarta dan juga belajar pada Sekolah Hakim Tinggi. Selain itu belajar pulatentang filsafat dan kebudayaan pada Fakultas sastra. Pendidikan yang beranekaragam yang pernah dialaminya serta cita-cita dan keinginan yang keras itu,menyebabkan keahlian yang bermacam-macam pula pada dirinya. Karangannyamempunyai bahasa yang sederhana tetapi tepat. Namun karya puisinya hanyabeberapa saja:

1.     TebaranMega (Kumpulan Puisi)

2.     Puisi Lama

3.     Puisi Baru


Amir Hamzah atau Pangeran Indera Putra, lahir 28-2-1911 diTanjungpura (Langkat) wafat Maret 1946. Dia seorang muslim yang taat. Hidup ditengah lingkungan kerajaan, sebagai menantu Sultan Langkat. Ia mengunjungi HISdi Tanjungpura, Mulo di Medan, dan Jakarta AMS, AI (bagian Sastra Timur) diSolo. Kemudian menuntut ilmu pada Sekolah Hakim Tinggi sampai kandidat. AmirHamzah lebih banyak mengubah puisi sehingga mendapat sebutan "Raja Penyair"Pujangga Baru. Karya-karyanya antara lain:

a.      Nyanyi Sunyi (kumpulan sajak, 1937)

b.     Buah Rindu (kumpulan sajak, 1941)

c.      Setanggi Timur (kumpulan sajak, 1939)

d.     Bhagawad Gita (terjemahan salah satu bagian mahabarata)


  • 3. SanusiPane

Sanusi Pane lahir di Muara Sipongi, 14-11-1905. Iamengunjungi SR di Padang Sidempuan,     Sibolga,dan Tanjungbalai, kemudian HIS Adabiyah di Padang, dan melanjutkan pelajarannyake Mulo Padang dan Jakarta, serta pendidikannya pada Kweekschool Gunung SahariJakarata pada tahun 1925. Pada tahun 1928, ia pergi ke India untuk memperdalampengetahuannya tentang kebudayaan India. Sekembalinya dari India ia memimpinmajalah Timbul. Disamping sebagai guru di Perguruan Jakarta, ia menjabatpemimpin surat kabar Kebangunan dan kepala pengarang Balai Pustakasampai tahun 1941. Pada jaman pendududkan Jepang menjadi pegawai tinggi PusatKebudayaan Jakarta dan kemudian bekerja pada Jawatan Pendidikan Masyarakat diJakarta.

Karya-karyanya antara lain:

           a.      Pancaran Cinta (kumpulan prosa lirik, 1926)

           b.     Puspa Mega (kumpulan puisi, 1927)

           c.      Madah Kelana (kumpulan puisi, 1931)

  • 4. Armijn Pane

Armijn Pane adalah adik dari Sanusi Pane. Lahir diMuarasipongi, Tapanuli Selatan, 18 Agustus 1908. Ia berpendidikan HIS, ELS,Stofia Jakarta pada tahun 1923, dan pindah ke Nias, Surabaya, dan menamatkannyadi Solo. Kemudian menjadi guru bahasa dan sejarah di Kediri dan Jakarta sertapada tahun 1936 bekerja di Balai Pustaka. Pada masa pendudukan Jepang menjadiKepala Bagian Kesusastraan di Kantor Pusat Kebudayaan Jakarta, serta memimpinmajalah Kebudayaan Timur. Beberapa karyanya antara lain:

1.     JiwaBerjiwa (Kumpulan Sajak,1939)

2.     HabisGelap Terbitlah Terang (Uraian dan erjemahansurat-surat RA Kartini)

3.     Belenggu (Roman Jiwa 1940)


  • 5. J.E. Tatengkeng

Lahir di Kalongan, Sangihe, 19 Oktober 1907. Pendidikannyadimulai dari SD kemudian pindah ke HIS Tahuna. Kemudian pindah ke Bandung, laluke KHS Kristen di Solo. Ia pernah menjadi kepala NS Tahuna pada tahun 1947.Karya-karyanya bercorak religius. Dia juga sering melukiskan Tuhan yangbersifat Universal. Karyanya antara lain Rindu Dendam(kumpulan sajak,1934).


  • 6. Rustam Effendi

Lahir di Padang, 18 Mei 1905. Dia aktif dalam bidang politikserta pernah

menjadi anggota Majelis Perwakilan Belanda sebagai utusanPartai Komunis. Dalam karyanya banyak dipengaruhi oleh bahasa daerahnya, jugasering mencari istilah-istilah dari Bahasa Arab dan Sansakerta. Karyanya antaralain:

1.     PerceikanPermenungan (Kumpulan Sajak 1922)

2.     Bebasari (Sandiwara Bersajak)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun