“Aaaaarrgggghhhh………”
Kepalaku pusing, tapi bukan pusing biasa seperti pusing karena panas yang tinggi atau pusing yang dikarenakan sesaat lagi harus melakukan presentasi apalagi pusing karena menahan lapar.
Pusing kali ini karena aku terlalu lama menahan denyut-denyut kewanitaanku. Terlalu lama membiarkan lapisan-lapisan kulitku mencecap sendirian dinginnya malam.
Aku menunggu. Duduk sendirian di beranda rumah. Melamunkan pertemuan terahkirku dengan Jaka. Menerawang derasnya hujan sambil memperhatikan tiap tetesnya yang menghujam tanah. Oughh. Dan aku teringat sesuatu yang pernah menghujam sesuatu yang gelap dan basah yang berada tepat di ceruk kedua pahaku. Aku pun teringat. Bahwa butir air hujan yang turun sama besarnya dengan keringat milikmu saat kau berada di atas ragaku.
Dua hari yang lalu. Di rumah Jaka.
Aku tengah asik menikmati luruhnya hujan, tiba-tiba Jaka sudah berada tepat disamping kananku. Duduk.
"Dara,aku memintamu menemuiku, karena aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi kuharap kamu akan baik-baik saja setelah mendengarnya"
"Emang apa yang ingin kau sampaikan, Jaka?" Tanyaku dengan sedikit mengerutkan dahi penuh tanya. Entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang panas menjalar di tubuhku. Rasanya seperti sedang dipagut, dimamah dan diremas.
"Ehmm..nganu..kan kita selama ini hanya HTS, kalaupun "take and give" kita lakukan atas dasar suka sama suka dan saling membutuhkan. Ehm, aku butuh komitmen utuh,tidak hanya sekedar "take and give" saja" Urai Jaka sambil memainkan rokok yang belum dinyalakan di sela-sela jari kanannya.
Tiba-tiba kepalaku berdenyut tidak karuan seperti hendak organsme tapi gagal karena digerebek aparat berwajib.
"Okelah, baik jika begitu, kita sudahi saja HTS ini.." Jawabku singkat.