Ngupil.siapa yang tidak pernah melakukannya. Bahkan saya yakin, seorang presiden pun pasti sering melakukan aktivitas ini.
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya terbaring sakit, karena dilanda flu dan demam. Seorang teman yang berprofesi sebagai seorang dokter, mengirim pesan, isinya cukup singkat namun bagi saya terasa mengelitik.
" Kalau flu, biasanya hidung bakal penuh dengan upil. Hati-hati kalau ngupil, jangan terlalu dalam."
Dilihat secara sekilas, pesan ini nampak biasa saja. Tapi, kenyataanya di lain kesempatan ketika dia menelpon kembali. Hal tersebut menjadi topik bahasan kami.
Upil, dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan nama RHINOTILLEXOMANIA, adalah kotoran yang terdapat di lubang hidung yang disebabkan oleh proses pernafasan. Kata upil sendiri sebenarnya bermakna abu-abu, karena mempunyai makna di antara kotoran hidung atau ingus kering.
Aktivitas ngupil atau mengeluarkan kotoran dalam hidung, sebenarnya adalah pembahasan yang sampai sekarang masih merupakan misteri di dunia ilmu penelitian. Karena masih jarangnya buku atau penelitian yang mengupas tuntas perihal ngupil. Bahkan dalam di sebuah majalah bernama New Scientist, ngupil/mengupil merupakan salah satu dari ilmu ilmiah yang belum bisa terpecahkan.
Bagi saya pribadi, mengupil merupakan saat paling "sakral". Mengapa ? karena dengan mengupil, untuk beberapa saat saya merasa di zona yang nyaman. Mengupil bisa memberikan kepuasaan tersendiri, selama dilakukan dengan benar dan tepat. Artinya, ketika mengupil, ada baiknya memperhatikan etika kapan dan dimana, agar aktivitas tersebut tidak membawa efek bagi orang di sekitar kita. Tak bisa di pungkiri, bahwa mengupil terkadang membuat jijik atau geli bagi yang melihatnya.
Bagi saya sendiri, aktivitas ngupil biasanya sangat tepat dilakukan dalam waktu-waktu berikut :
1. Saat sendirian,
Adalah saat paling aman untuk berekspresi mengupil. Karena apapun yang kita lakukan dengan upil, tidak akan ada orang yang merasa dirugikan.
Bahkan mengupil kala sendiri, memberi kesempatan pada diri kita untuk bisa mengekspresikan kreatifitas, seperti membuat bulatan-bulatan kecil dari upil, terus menempel-nempel upil ditembok atau di spray, atau mungkin memakan upil kita sendiri.