Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Perempuan yang Datang Menghardik

23 April 2014   22:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393310707354866437

Seorang perempuan datang menghardik

Katanya, aku mencintaimu di luar batas kewajaran

Mendengarnya aku melunglai seperti kayu yang rapuh

melemas karena kebingunganku tak menemukan pijakan

***

Ku putuskan melangkah, melenggang biasa

Meniatkan diri mendatangi semua lorong waktu ketika bersama

Di mulai dari hari pertama perjumpaan

Dan di akhiri hari terahkir bersua

***

Runutannya,

Di hari kita berjumpa

Dengan terbata, aku bertanya

“Bolehkah aku menginginkanmu ?

Merengkuh setiapmu,dalam kekuranganku ?

Mengenggam jedamu, dalam kelebihanku?”

***

Pun di hari terahkir kita bersua

Dengan tertatih, aku merengek

“Bolehkah aku kecup, garis luar bibirmu?

Agar tubuhmu yang serupa siluet akan tetap berupa siluet”

***

Jadi “Pada bagian manakah, aku mencintainya yang melewati batas kewajaran?”

Bisikku pada kedua telinga waktu.

***

Beberapa pagi berikutnya

Perempuan itu datang menghardikku, -lagi-

Katanya “..harusnya kau menciumnya tepat di bibir lelaki itu..bukan di garis luar bibirnya”

Aku termangu, mengigit resahku

Ruang dalam otakku berontak liar

“Apakah melakukan sesuatu di luar kewajaran adalah seburuk membakar sebuah kuil?”

***

Bukankah berbicara perihal memperlakukan cinta

Sama saja dengan membuka rahasia sebuah kamus

***

Ah, aku merasa

Sepertinya perempuan itu adalah manusia yang terlahir dari kekecewaan cinta

Hingga apapun yang ku lakukan demi cinta

Di tenggarai sebagai sebuah ketidakwajaran

Ketidakwarasan

***

Padahal, jika mau bercermin

memutuskan untuk menjatuhkan pilihan pada sebuah hati

Kemudian memutuskan untuk mencintainya

Bukanlah pilihan tanpa resiko

***

Sama halnya saat aku memutuskan untuk jatuh dan cinta padanya

Akan ada banyak luka ku rasa

Karena bukan hal mudah untuk mengasihinya

Tapi mantra darinya “Kamu, akan bisa, Sayang”

Begitu kuat mengkoloniku

***

Dan inilah aku,

Yang tetap memilihnya,

Walau seorang perempuan datang menghardikku

Berkali-kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun