Dibalik tebalnya maskasra
Yang bernaung pada kelopak mataku
Kutenggelamkan tatap murungku
Layaknya katak yang terjebak dalam tempurung
Menghitung dengan tekun setiap rindu sendunya
Tak jauh beda
Dengan hiruk pikuknya malam minggu lalu
Yang konon banyak sepasang hati berkeliaran
Ku gempitakan malam sabtuku dengan mencumbu
Kenangan dua sabtu yang lalu
Konon, ketika sebuah rindu
Telah menemukan muara murungnya
Maka
Itulah sebenar benarnya rindu
Itulah sesungguh sungguhnya menginginkan
Ah,
Lelakiku yang jauh
Marilah kita bantu rindu rindu kita yang sendu
Menyederhanakannya seperti saat  kepedasan
Lantas meneguk air putih dari botol yang sama
Â
Asap tipis dari Oil City 13-09-15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H