But don't you remember, don't you remember?
The reason you loved me before,
Baby please remember me once more
(Adele-Don’t You Remember)
Â
Aku baik-baik saja.
Apa yang kamu ketahui tentang degup di dadaku. Yang katamu ibarat lonceng pemanggil arwah. Kemanapun dan di manapun ruhmu berada, selalu saja beranjak pulang. Menuju degupku.
Ya, dalam degup dadaku memang ada sebuah lonceng. Lonceng yang pada tiap dentingnya tersimpan rahasia. Bahwa di balik ungkapan aku baik-baik saja. Ada maskara yang kerap luntur tak teratur. Ada lipstik yang bentuknya patah beberapa bagian. Ada beberapa baju milikmu yang aku bakar diam-diam, dan abunya aku kubur tepat di belakang rumah kita. Bersebelahan dengan kandang elang, peliharaanmu.
*
Aku baik-baik saja.
Sebaik dirimu yang pintar menyembunyikan kecupan wanita lain selain aku. Kecupan yang pada tiap lumatannya terekam desah perihku, biarkanmu mendekap pundak yang bukan aku.
Memang, aku selalu merasa baik-baik saja. Tak lebih baik dari riang celotehmu ketika bibirmu dan bibirnya beradu di gelas yang sama. Meneguk bersama kerasnya alkohol, tanpa peduli ada segelas susu hangat kusajikan di samping tempat tidurmu.
*
Aku baik-baik saja.
Namun sebaik-baiknya aku, tetap saja aku limbung. Linglung pada apaapa yang terjadi. Tercenung pada aroma-aroma yang melekat di tubuhmu. Aroma yang bukan berasal dari feromonku.
Ah, Sayang. Aku baik-baik saja.
Sebaik ingatanku mengingat, alasanmu dulu mencintaiku.