Mendadak jadi keki sendiri karena setiap kali menyalakan televisi pasti berita nasionalnya masih tentang itu-itu saja. Media sosial, media online, media cetak, media hape, media email. Ya pokoknya semua media.
Adalah sosok bernama Setya E-n. Yang konon demi memenuhi keinginan pribadinya beli ini dan itu, tega mencatut nama pemimpin tertinggi negeri ini.
Segala reaksi sudah bermunculan. Mulai dari reaksi ringan sampai reaksi yang berat. Reaksi yang ringan, yaa hanya komentar “Ah sudah biasa, di negeri ini apa sih yang ga bisa di catut.” Sementara kalau reaksi yang berat adalah munculnya para pendemo yang meneriakan tuntutan dengan lantang “Turunkan Setya E-n. Lengserkan dari jabatan Dewan Perwakilan Er...rr...rakyat”
Soal reaksi yang ringan, mungkin tidak mendapat tanggapan yang terlalu serius. Soalnya urusan yang ringan-ringan biasanya cepat menguap. Seperti kapas, betapa ringan bobotnya hingga hanya beberapa kali tiupan nafas maka akan terbang ke angkasa. (kecuali kapas yang ditiup sebanyak satu truk)
Tapi yang jadi persoalannya adalah tentang rencana pemecatan Setya E-n. Apakah menjadi jaminan setelah di lengserkan dari jabatannya masalah catut mencatut nama dan kemafiaannya selesai? Ah sepertinya sih tidak semudah itu.
Sebab menurut saya, daftar dosa Setya E-n pasti sudah sangat banyak. Hanya saja yang terblow up baru tentang "Papa Minta Saham."
Dan bukan menjadi rahasia umum lagi, jika ada satu pejabat negara yang tertangkap menyalahgunakan jabatannya, pasti dibelakangnya akan berderet nama-nama yang ikut terlibat.
Dan jika sudah begini, penyelesaiannya akan makin ruwet. Mbulet seperti usus sapi. Makin banyak orang yang terlibat, tentu saja akan makin banyak argumen pembantahan. Dan pastinya opini-opini baru akan bermunculan.
Ya, sama dengan yang dilakukan oleh Setya E-n. Jurus ngelak sana sini sudah dilancarkan sejak hari pertama dirinya di pojokkan sebagai seorang pelaku. Akan tetapi, walau sudah di pojokkan sepojok-pojoknya, tetap saja Setya E-n masih berkelit, malah seolah-olah matanya yang nampak genit itu kerap berkaca-kaca, baper. Mirip saya, yang kalau sedang PMS mendadak cengeng. Mas Warsito telat telpon saja, saya bisa nangis berjam-jam.
Well, dari kisah Setya E-n ini, saya jadi teringat tentang kisah Nabi Yunus. Itu lohh nabi utusan Tuhan yang mangkir dari tanggungjawab yang diberikan padanya. Nabi Yunus lari meninggalkan kota Ninawa padahal Tuhan belum memberinya ijin pergi.
Nabi Yunus meninggalkan kota Ninawa dengan menaiki kapal. Namun di tengah perjalanan, sebuah badai datang menghantam kapal yang dinaiki. Menyebabkan kapal yang sarat muatan tersebut oleng, bahkan nyaris tenggelam. Demi menyelamatkan para penumpang, dibuatlah keputusan untuk membuang sebagian muatan kapal tersebut. Namun walau sudah sebagian di buang, kapal masih saja oleng tak tenang. Singkat cerita, dari hasil perundingan dan undian awak kapal, undian jatuh pada Nabi Yunus.