[caption caption="Ronggeng Dukuh Paruk, Dok Pribadi Inem"][/caption]
Kupikir jatuh mencintaimu adalah sebuah kemerdekaan
Kemenangan yang berisi kebebasan sebebas-bebasnya
Keleluasaan yang tak perlu membentur ini apa itu apa
Kegirangan tanpa perlu sebuah drama airmata
*
Namun rupanya kemerdekaan mencintaimu
Jauh dari euphoria kemenangan, keleluasaan dan kegirangan
Mencintaimu kugambarkan seperti rantai yang membelenggu
Sepasang kaki dan tanganku, bahkan isi kepalaku
*
Belenggu itu segambar dengan cemburu yang tiada henti berdegub
Mengedor-gedor bilik jantung seumpama majikan mencari budaknya
Berisik, gaduh, riuh, riang tapi menyakitkan
Tiada pernah ada dendang menenangkan ketika aku memikirkanmu
*
Aku mencintaimu dengan patuh, walau kutahu takdirmu
Menghadangku dengan angkuh, menantangku tanpa ampun
Apakah aku bergeming ? Ah, tidak
Akan kuremas takdirmu yang angkuh dan tiada ampun itu, dengan menjadi setia
OilCity 12-03-16
Puisi ini terinspirasi dari novel berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari
Sinopsis :
Tokoh utama dalam novel ini bernama Srintil. Seorang gadis yang berasal dari desa yang sangat terpencil. Desa yang cikal bakalnya berasal dari seorang bromoncorah. Di daerah Srintil berasal, menjadi ronggeng adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Berawal dari seringnya Srintil menari diiringi musik buatan dari mulutnya Rasus. Di situlah awal mula konflik batin Srintil terjadi. Konflik demi konflik harus dilalui Srintil tanpa bisa melepaskan jeratan takdirnya sebagai penari ronggeng yang harus selalu siap sedia melayani para lelaki yang berani membayarnya. Hal ini tentu saja menjadi siksaan bagi Rasus, teman semasa kecilnya Srintil. Yang ternyata diam-diam mencintai Srintil. Namun apadaya, takdir ronggeng telah tersemat di diri Srintil. Tak ada yang bisa Rasus lakukan selain menahan cemburu membabibuta ketika Srintil harus melayani banyak laki-laki.
Namun cinta tetaplah cinta, dzat lentur tanpa takaran. Secemburu apapun Rasus pada Srintil, hatinya urung melupakan Srintil. Bahkan ketika Srintil masuk penjara, Rasuslah yang berjuang mengeluarkan Srintil.
Novel ini sarat dengan pemikiran-pemikiran lugu namun bernas. Namun, karena masuk kategori novel dewasa, akan sangat tidak pantas di baca oleh pembaca berusia di bawah 17 tahun.
Karya Ini Diikutsertakan untuk Memeriahkan HUT Perdana Rumpies The Club
[caption caption="The Rumpies Logo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H