Minggu ketiga terinspirasi lagu
Novel milik Herman Pratikno baru separuh kubaca, namun rasa perih sudah menggantung akut di kelopak mata.
Kutandai halaman terahkir yang kubaca dengan melipat sedikit ujung kanan atasnya
Segelas susu coklat buatan mbok Inem yang berada di meja riasku sudah hilang ruarnya. Mungkin, suhu ruangan menyerap kehangatannya.
Mataku mengerjap-ngerjap. Mencoba menenangkan netraku yang sudah dua hari ini kupaksa bekerja keras membaca dan terus membaca. Kubunuh resah hatiku dengan melahap aksara. Sayup-sayup kudengar, dari kamar adik lelakiku, Tristan, All I Want-nya Kodaline tengah berputar.
“...if you loved me
Why’d you leave me
Take my body
Take my body...”
Dan aku merasa, makin terjerembab dalam resah yang akut.
“Karena jarak sudah memakan habis rindu kita, jadi kupersilahkan kau untuk beranjak dari beranda kisah kita. Biarkan beranda ini sekarang menjadi kosong, tak ada kamu, aku apalagi kita.”
Kalimat pamungkas dari Bayu, masih begitu jelas terngiang-ngiang. Sejelas suara tetangga sebelah rumah, yang selalu berteriak setiap pagi saat membangunkan anak lelakinya.
*
Empat belas hari sudah berlalu. Tanpa cerita aku dan Bayu. Dan aku masih saja berada di pusaran kegelisahan yang makin akut.
Aku makin tenggelam dalam rangkaian aksara para begawan fiksi. Pikirku membaca adalah caraku membunuh kisah yang tak selesai. Kisah Romeo yang membelakangi Juliet.
Oil City 16-03-16
FF200K ini terinspirasi dari lagu milik group band Kodaline, berjudul “All I Want”