Tak terasa, seminggu lagi Desa Rangkat akan merayakan ulang tahunnya ke-dua. Tak terkecuali Aya. Sejak rapat dibalai desa, Aya mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk merawat diri, yang biasanya tidak pernah kesalon, mendadak dangdut Aya jadi doyan nyalon. Yang biasa ga doyan mandi, sekarang sering berantem ama kambing tetangga karena rebutan gayung. Bahkan pernah suatu hari Bunda Yetty marah-marah sambil bawa pentungan hansip Dorna. Karena Aya sudah memakai selang airnya bunda tanpa ijin. Alih-alih di tanya untuk apa. dengan santai dan ringan Aya menjawab, bahwa selang itu di pakai untuk mengisi sumurnya. Karena merasa berat badannya naik dengan sukses, jadi berenang adalah salah satu cara yang jitu untuk melunturkan lemak-lemak membandel. –tapi kenapa di sumur ya berenangnya.
Semakin mendekati hari H, warga sudah saling bercerita mengenai apa yang akan di kenakan hingga makanan apa yang akan di bawa ke Balai desa.
Bunda Yetty sudah siap dengan lemper isi daging, Bunda Enggar siap dengan manisan kolang kalingnya, Mbak Sekar dengan sate lilitnya, Mbak Jingga dengan Kolak pisang raja.
Hanya saja, makin mendekati the Day nya, Aya makin galau, Kades Hans belum juga pulang dari tugas nya di luar kota. Untuk menghilangkan rasa rindu, seringkali Aya sengaja duduk berjam-jam di depan balai desa. Tepatnya di bawah tiang bendera. Bila ada yang bertanya, Aya menjawab dengan cuek ala bebek..” Sedang bikin kulit coklat..biar seksi kayak mbak Jingga..”.
Benar ya, kata orang bahwa jatuh cinta, dan kemudian memutuskan untuk mencintai, adalah suatu hal yang tidak memerlukan sebuah alasan.
Aya paham, dan tahu, bahwa Kades Hans adalah idola para gadis-gadis Rangkat. Mbak Ningwang, kakak Ranti, mereka cantik-cantik dan pintar-pintar.
Sementara Aya, hanya seorang gadis yang terlihat biasa saja. Satu-satunya yang menjadi kelebihannya adalah lemak di sekitar perutnya, yang lebih mirip tas pinggang.
( kepada mbak Sekar, jangan tersinggung ya :) )
Kembali pada kebiasaan Aya yang sering berjemur di bawah tiang bendera, depan balai desa. Sekedar melepas rasa rindu pada Kades, tanpa disadari sudah membuat kulit putihnya menjadi terlihat agak gosong. Hal ini diketahui ketika, tanpa sengaja bertemu dengan kang Inin.
“ Kangggggggggg….” Aya berteriak dengan speed penuh, memanggil kang Inin.
Namun, seolah tidak melihat Aya yang berlari dan berteriak memanggilnya. Kang Inin tetap saja ngowes onthelnya. Tanpa menyadari bahwa dibelakang Aya sudah hampir semaput mengejarnya.
“ Akaaaaaaaaaaannnnnnngggg Krribboooooooo…”
Dan..”Pletak” sebuah batu mendarat mulus di kepalaKang Kribo.
“ Eh, sapa ini teh yang berani kurang ajar lempar-lempar batu ke sayah.” Kang Kribo celingak celinguk, mencari sosok pelaku pelemparan batu itu.
( Jadi ingat, tragedi presiden amrik yang dilempar sepatu..hihihi)
“ Akangggg, meuni somse..ga mau Aya ojek-in lagi onthelnya, Okelah kalau begitu..” wajah Aya terbakar emosi. Dengan asap mengepul dari kepalanya.
“ Eleuh, ini teh si neng Aya, beneran,????,” Kang Kribo berusaha menyakinkan matanya, dengan sosok yang dulu di kenalnya memiliki kulit putih bersih, namun sekarang kulitnya gosong seperti kacang kedelai hitam.
“ Ari Aya, kunaon jadi hideung…???.saingan ama sayah..horeee..ada temannya..”
Sementara Aya, merasa tidak terima dikatakan ggosong, langsung berlari ke teras rumah Bunda Yetty, dan mematut-matut dirinya. Sesekali dirabanya kulit tangannya, bahkan dengan rasa percaya diri, Aya mulai menempelkan wajahnya ke kaca Bunda Yetty, padahal tadi pagi kang El baru saja mengelapnya dengan menggunakan uap dari mulutnya. (hahhh)
Sedang asik berkaca, tiba-tiba kakak Ranti muncul dari dalam rumah.
“Aya, kenapa itu muka di tempel-tempel ke kaca…coba lihat, jadi kotor lagi kan..iiihhhhhh Aya looochhhh jorokk..” Kak Ranti mengomel sambil mengamati bidang jendela kacanya, dan menemukan beberapa bentuk wajah Aya.
“ Ayaaaaa…kamuuu mah yaaaaa..keterlaluan…”
“ Tanggung jawabb…bersihkaannnn.” Dengan mendelik Ranti berteriak pada Aya.
Sementara Aya, secepat kilat langsung berlalu kearah kang Inin, “ Kang buruaaannn,,,,genjot pake gigi empat ya..buruannn..kakak Ranti sedang mengamuk.”
Sementara kang Inin kebingungan dengan perintah Aya, bingung yang dimaksud dengan gigi empat itu seperti apa.
Kang Inin menggowes onthelnya dengan kecepatan penuh, membuat rambutnya yang kribo terbang-terbang dan mengenai wajah Aya. Sebagian ada yang masuk ke hidungnya Aya, dan membuat Aya bersin-bersin..” Huaaatccciiinnnnnnn…..”.
Tapi demi lepas dari amarah kakak Ranti, Aya merelakan untuk bersabar dengan keadaan ini. dan membiarkan rambut kang Inin nyungsep ke dalam hidungnya.
Awal rencana, ke rumah Mommy bayar arisan, menjadi berubah arah. Karena kang Inin mengenjot tak terarah, mereka akhirnya terdampar di pinggir hutan Rangkat.
Ternyata, semua kembali lagi pada pepatah, “Manusia berencana namun Tuhan juga yang menentukan.”
@@@
“Kang Inin, ini..!!!!…Aya kembalikan punya kang Inin, kemarin ketinggalan dalam hidung Aya.”
Aya menyodorkan beberapa helai rambut yang teksturnya ikal alias galing :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H