Aku selalu ingin mengekalkanmu dalam ruang ingatanku yang kuyub
Menanggung kepayahan betapa berjauhan darimu adalah kehampaan
Bahkan rintik-rintik hujan yang tak ku kehendaki datangnya
Turut ambil bagian memberi nama-nama bagi jarak yang selalu lembab
*
Selalu kuratapi, helaian-helaian bulu mata yang gugur
Memandangnya sendu dengan mata tergugu
Tanpa enggan, kupunguti dengan dada yang agam
Khawatir, hendak kemana rindumu berteduh, jika bulu mataku kerap koyak
*
Rinduku mulai kedinginan, desau angin menyapunya
Kini, ia singgah di ranting-ranting hatimu
Kemudian merayap ke akar ingatanmu
Lalu menyimpul kenangan dan kesepian menjadi satu ikatan
*
Nada-nada minor milik Mozart berdenting makin rahasia
Seumpama pencuri ulung, rindu dan cemburu saling berlomba-lomba
Diam-diam mencuri yakinku padamu
Diam-diam menyulut api, menghilangkan jejak harapan
*
Pada akhirnya
Aku harus meminjam embun yang bertengger di pucuk ulam
Agar rinduku yang api
Menjadi rindu yang air
***
Oil City 07-01-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H