Udara terik , kering kerontang hinggap di dada semesta
Kemarau masih menyapa.
/
Namun pemandangan itu adalah keteduhan di keningku
Ketika aku tengah berlari menjauhimu
Tentu saja , hujan yang turun adalah bak malapetaka
/
Bagaimana mungkin harus tersentuh  rinainya
Jika  tiap tetes yang menghujam, turun seiring ingatan tentangmu
Pelarianku pun kini menuju puisi-puisi sepi. Yang tertutup rimbun patah hati
/
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!