Siapapun orangnya pasti pernah merasakan yang namanya bad mood alias suasana hati yang berantakan. Dan biasanya jika suasana hati sudah berantakan a.k.a bad mood menghampiri, semuanya akan terasa menjadi serba salah. Melihat orang tersenyum, dianggap menertawakan diri kita. Melihat orang berbisik-bisik, dikira menggunjingkan kita. Dan secerah apapun hari atau kejadian yang di depan mata, akan menjadi suram.
Pada umumnya, seseorang lebih mengenali suasana hati yang bad mood, daripada yang good mood. Tentu saja demikian, karena dibandingkan dengan good mood, keadaan bad mood bisa membuat suatu dampak yang..yahh boleh dikatakan luar biasa.
Dalam ilmu psikologi, mood atau suasana hati seseorang adalah keadaan emosi seseorang yang muncul secara umum dan bertahan untuk beberapa waktu yang singkat, selama beberapa jam atau sampai dalam hitungan hari dan minggu. Beragam suasana hati seseorang yang sedang good mood dan bad mood sangat kentara. Jika seseorang tengah dalam kondisi yang good mood biasanya emosi mereka nampak senang, bahagia, tertawa dengan lepas, wajah berseri-seri, merasa nyaman dan sebagiannya. Tentu saja akan kondisi di atas akan berbanding terbalik dengan seseorang yang tengah dirundung bad mood. Terlihat kacau, cemburu membabibuta, takut kehilangan, sedih berlebihan, marah, muram dan sebagainya.
Di ibaratkan cuaca, kedatangan bad mood seperti awan atau hujan yang datang tiba-tiba ketika langit tengah cerah dengan sinar matahari yang terik.
Tubuh seseorang yang tengah terserang bad mood, akan rentan pada tekanan darah yang tidak stabil. Kondisi yang tidak diharapkan ini akan membuat detak jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Hormon stres pun akan hinggap. Hal seperti ini akan membuat tubuh menjadi cepat lelah, pusing dan sukar mengendalikan emosi. Penelitian di bidang saraf juga menemukan, bahwa bad mood bisa membuat seseorang menjadi berpandangan sempit pada sekitarnya. Logika serta akal sehatnya menjadi berantakan fungsinya.
Namun, dalam kondisi kesehatan tertentu bad mood juga bisa di katakan sebuah “takdir” Misalnya pada seorang perempuan yang tengah mengandung, atau pada seorang perempuan yang baru pertama kali menjadi ibu. Selain faktor dari lingkungan sekitarnya, karakter seseorang juga ikut berperan dalam kehadiran si bad mood. Tapi, walaupun bad mood merupakan milik semua orang, kaum perempuan adalah yang paling dianggap moody daripada kaum laki-laki. Hal ini bisa jadi karena secara pandangan masyarakat kaum perempuan adalah mahluk yang sangat ekspresif dan emosional. Berbeda dengan kaum laki-laki yang cenderung berpikir menggunakan logika.
Suasana hati yang (mendadak) buruk plus berantakan tentu saja bisa menghambat sebuah aktivitas, entah di kantor, di sekolah, di rumah, dimana saja. Jika suasana hati seperti ini tidak dilawan atau dikendalikan, tentu saja akan menimbulkan kekacauan-kekacauan, yang biasanya berujung pada sebuah konflik, entah itu konflik skala besar atau kecil.
Masak iya, hanya karena bad mood yang tiba-tiba datang ketika tengah beraktivitas, maka aktivitas yang sedang dilakukan harus dihentikan tiba-tiba.
Bercermin dari hal tersebut, harus ada solusi atau ketegasan pada bad mood. Sudah semestinya perubahan mood yang seperti iklim bisa disikapi dengan baik agar tidak menjadi pemicu konflik.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan jika bad mood menghampiri :