Jatuh berguguran adalah kita
Ketika jarak begitu leluasa
Menjadi jarum jam paling menyesakkan
Sebuah perjalanan kisah
*
Bak sepasang pujangga Rumi
Seringnya kita saling bersembunyi
Di balik diksi-diksi berbalut sunyi
Demi bisa menduduki tahta rindu yang sebenarnya sepi
*
Begitu tegarnya kita mengenggam sebuah diam
Hingga tak menyadari bahwa seribu aksara puisi telah keras berkerak
*
Seperti lentera di sudut taman kota
Remangnya surut meredup, gamang mengiringi malam
Persis , serupa wajah rindu milik kita
Acak tercerai berai yang bukan karena jarak atau waktu
*
Betapa tegarnya hati mempertahankan rindu yang sendiri-sendiri
Membiarkan ruarnya yang syahdu
Mengambang tak teratur
Hingga pilunya terasa tak terukur
Â
Â
Oil City, 04-01-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H