Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Money

Konsep Asuransi Pendidikan dalam Meminimalisir Risiko Hidup

9 Oktober 2015   09:07 Diperbarui: 9 Oktober 2015   10:28 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gambar Kompasiana"][/caption]Pertama kali yang terlintas dalam pikiran saya ketika membaca kalimat “Merencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini” maka hal ini merujuk pada ajakan untuk berasuransi.

Asuransi. Saat ini pertumbuhan asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika awal-awal kemunculan asuransi, nasabahnya hanya dari kalangan terbatas maka seiring waktu para nasabah berasal dari kalangan beragam

Konsep asuransi sendiri adalah untuk meminimalisir risiko hidup. Yang di maksud dengan resiko hidup adalah risiko yang muncul akibat ketidakpastian mengenai masa depan.

Terdapat dua jenis risiko yang akan di hadapi oleh seseorang, yaitu :
1. Risiko Spekulatif (Speculative Risk) adalah resiko yang memiliki tiga kemungkinan yaitu untung, rugi atau tidaka ada keuntungan. Hal ini bisa dicontohkan apabila seseorang melakukan investasi pada saham/investasi.

2. Risiko Murni (Pure Risk) adalah resiko yang tidak memberikan keuntungann sama sekali. Contohnya adalah ketika seseoran tiba-tiba kecelakaan dan kemudian menjadi cacat tetap atau seseorang yang meninggal dunia. Dan efek dari risiko murni biasanya sangat terasa pada pengaturan financial di masa mendatang.

Nah, kalau menurut saya, ajakan untuk merencanakan pendidikan sejak dini adalah merujuk pada Risiko Murni (Pure Risk).

Kepastian seseorang akan meninggal atau ketidakpastiaan kondisi keuangan seseorang di masadepan tentunya bisa mempengaruhi impian seorang anak mewujudkan cita-citanya. Dengan menghitung rata-rata usia hidup atau rata-rata pada usia berapa orang akan meninggal, sebuah perusahaan asuransi akan membantu memberikan perkiraan terjadinya risiko murni. Hal ini bertujuan untuk memberikan kompensasi atas kerugian financial. Sehingga pada saat sebuah risiko menimpa seorang kepala keluarga, cita-cita seorang anak bisa di maksimalkan.

Memang, sebagai manusia kita tidak diberi kemampuan untuk mengatur kapan datangnya risiko hidup datang. Akan tetapi Tuhan memberi umatnya akal untuk berpikir, memikirkan solusi bagaimana menyikapi sebuah risiko hidup.

Dalam menghadapi sebuah risiko hidup setiap orang mempunyai cara sendiri-sendiri. Diantaranya adalah :
1. Menghindari Risiko (Avoiding Risk) adalah cara pengelolaan risiko yang paling mudah di lakukan. Misalnya jika ingin anak-anak kita sekolah setinggi mungkin, maka menerapkan disiplin menabung bisa dijadikan acuan. Lebih condong pada hidup sederhana daripada sikap konsumtif terlebih sikap hedon
2. Mengendalikan Risiko (Controlling Risk) adalah sikap yang berusaha mengendalikan sebuah risiko, atau sikap preventif untuk meminimalisir risiko tersebut. Misalnya : Jika saya seorang kepala keluarga, agar saya bisa tetap bekerja dan menyekolahkan anak saya, maka saya harus selalu sehat caranya dengan menerapkan hidup sehat. Menghindari rokok dan menyempatkan diri untuk berolahraga.
3. Menerima Risiko, nah ini dia...sikap yang menurut saya kurang bijaksana. Sikap pasrah pada apa yang akan terjadi di masadepan merupakan sikap yang egois. Karena tanpa disadari sikap ini merupakan sikap yang “tidak peduli” pada masa depan seorang anak. Contohnya ada seorang kepala keluarga, (maaf) seorang karyawan dengan jabatan di diagram lower manajemen. Dengan penghasilan yang apaadanya pasrah saja dengan yang ada. Padahal, jika mau sebenarnya bapak tersebut bisa bekerja sampingan sebagai tukang ojek. Hasil sebagai tukang ojek mungkin tidak menentu, namun hasil yang tidak menentu ini jika ditabung secara disiplin tentu akan ikut menentukan impian seorang anak dalam meraih cita-citanya.
4. Mengalihkan Risiko (Transferring Risk) maksudnya adalah apabila seseorang tertimpa sebuah risiko maka yang bersangkutan mengalihkan tanggungjawabnya pada pihak lain yang bersedia merimanya. Dalam hal ini merujuk pada pembelian sebuah asuransi. Jadi pointnya, segala risiko hidup yang tidak pasti tersebut akan menjadi tanggungjawab pihak asuransi, asalkan pihak asuransi dan si pemilik risiko (kita) sudah terikat dengan pasal-pasal atau klausal yang berlaku dan disepakati keduanya.

Memiliki orang tua yang mapan financial tentu menjadi dambaan setiap anak. Sebab hal ini bisa membuat seorang anak terfasilitasi dalam hal apapun, termasuk dalam hal pendidikan.

Akan tetapi yang harus sangat-sangat diingat adalah, bahwa ada fakta kehidupan yang tidak bisa dipungkiri. Sakit penyakit, meninggal, kehilangan pekerjaan/harta benda, berkurangnya kemampuan produktif karena faktor usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun