Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(CERBUNG) Akibat Kutukan Sapi Bagian 1

28 Juli 2013   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:56 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jonathan yang tergesa-gesa hendak menemui Azzahra di Puncak, di tengah perjalanan tidak sengaja menabrak seekor sapi berwarna putih. Karena hanya seekor sapi, Jonathan mengabaikan mayat sapi itu dan melanjutkan perjalanan.

Ternyata, sapi itu merupakan jelmaan dari seorang putri cantik dari hutan sekitar Kebun Raya Bogor, yang bernama putri Selaksa Kayunyung. Dia mendapat kutukan turun temurun di jaman kerajaan Huka-huka. Akibat Pangeran Saptian secara membabibuta membunuh semua sapi di seluruh pelosok negeri, dengan alasan bahwa memakan daging sapi bisa menyebabkan kemandulan dan mengurangi kejantanan.

Kutukan itu akan terlepas terlepas apabila seseorang yang terkena kutukan meninggal dengan cara yang paling tragis. Sesaat akan meninggal, sosok sapi akan berubah wujud menjadi manusia. Begitulah kejadian tragis yang dialami oleh Putri Selaksa Kayunyung yang mati dilindas mobil pemuda ganteng nan rupawan.

***

Sore itu Putri Selaksa berada di puncak resahnya, usianya sudahlah menginjak kepala 30an, namun belum juga menikah. Bisa saja dia tidak jomblo, kalau memilih suami seekor sapi pula. Dalam hati dia selalu berharap bisa berpasangan dengan manusia. Laki-laki tampan mirip kipper Persiba Dhika Bhayangkara dengan badan segagah Khaleed pacarnya Mbak Inem dan berkantong tebal seperti suaminya Nia Ramadhani, Ardi Bakrie.

Biasanya setiap sore, dia menyusuri perkebunan teh sambil tebar pesona dengan riang, namun tidak sore ini. Sepasang kakinya (–ups lupa, dia kan sapi, kakinya ga sepasang tapi sepake)- melangkah sangat malas, matanya kosong menerawang. Semua yang berada dihadapannya di terjang, tak peduli apapun itu. Termasuk saat hendak menyebrang jalan. Etika menoleh kanan kiri diabaikannya, pikirnya “Biar aja mati, capek ngejomblo. Walau aku di bilang sapi kualitas import, kalau menjomblo apalah artinya!”

Jalan Puncak biasanya ramai, setiap detik kendaraan lalu lalang tanpa henti, dengan kecepatan tinggi. Namun kali ini, jalanan lenggang, mungkin bawaan akhir bulan, orang-orang yang biasanya ngedate dipuncak memilih nongkrong di warteg.

Wujud Putri Selaksa seekor sapi, namun galaunya mirip manusia. Merasakan putus asa dan merasa tak mempunyai harapan, dia memutuskan untuk mengakhiri saja sisa hidupnya. “Biarlah aku mati dalam keadaan tetap menjadi sapi, daripada mati dan berubah menjadi manusia tapi ternyata masih jomblo” batinnya.

Karena putus asa, dia pernah melakukan percobaan bunuh diri, berpura-pura mandi dan mengelincirkan diri. Dia berharap kelak ketika mati, orang menganggap dia kecelakaan tunggal saat diotopsi nanti, bukan bunuh diri (tengsin cuy ketauan bunuh diri karena jomblo). Namun tetap saja gagal! Hanya badan luka-luka tergores batuan sungai!

Kalut tidak mati-mati, ditengah perjalanan menuju sungai sebuah mobil mewah melaju sangat kencang. Saking kelewat kencang, dalam satu kedipan jarak 1mil bisa terlampaui (mobil sport keluaran baru, larinya ga ketulungan, lebay!)

“Haduuuhhh..harus cepat sampai nich, daripada Azzahra ngambek dan tak mau menemuiku lagi” gumam pemilik mobil.

Wajah ganteng, mobil sport mewah, bikin pengendara lain mengalah, apalagi kaum hawa (rido deh ngalah) termasuk mbak Polwan. Berkali-kali pemilik mobil melanggara aturan, namun tak pernah kena tilang.

Kaki menginjak pedal gas full, biar mobil bisa melaju lebih kencang.

“Kriingggg…krrriiinngggggg” suara ponsel di saku bajunya berbunyi, namun Jonathan abaikan.

“Kkrrriiiinnggg…keeerrriiinnggggg,” kembali ponsel berbunyi. Tangannya mengerayang menuju saku baju, tatapan tetap fokus melihat jalanan.

“Jonathan, sudah dimana?! Saya sudah di villa sejak 3 jam yang lalu. Kira-kira jam berapa sampai? Jika memang tidak bisa ketemuan, batalin aja dech, kapan-kapan aja kita arrange lagi pertemuan ini. Bête tau! nunggu lama-lama itu.” Terdengar suara wanita bernada dingin namun penuh penekanan.

“Eh..ehh..jangan..jangan..bentar lagi, Zahra. Aku udah deket kok, tunggu ya..please..soalnya kalau batal sia-sia dong aku ngebut dari tadi. Tunggu ya, bentaaaarrrrrrrr lagi,” Jawab Jonatan dengan panik namun berusaha merayu Zahra.

“Ok..oke..tapi jika dalam waktu satu jam lagi tidak muncul, maka dengan terpaksa pertemuan kita dibatalkan saja dan cari waktu lain hari,” nada suaranya semakin meninggi.

“Baiklah Zahra, kalo begitu,” ucap Jonathan pasrah. Kakinya menginjak pedal gas lebih keras lagi, tangan kirinya reflek memindah kopling agar laju mobil bisa diajak kompromi.

Asik mengejar waktu demi seorang gadis, pandangan Jonathan jadi kurang awas. Dia tak melihat seekor sapi berbadan montok dengan bulu berwarna putih melintas. Jonathan kaget dan kedua mata sapi pun melotot,namun apa lacur waktu tidak bisa berhenti hanya karena ada manusia dan sapi kaget. Kecepatan mobil sulit untuk dikendalikan, meski sekuat tenaga menginjak pedal rem, tubuh montok sapi pun tertabrak. “Bummmmm!” Tubuhnya terpental sekitar 4 meter-an dari badan jalan.

Sapi pun terkapar, badan tergelepar -gelepar, terdengar suara yang sangat memilukkan, terengah menahan sakit luar binasa. “Nggookkkk…ngggookk..ngggookkk…nggikk..nggiik.” tak lama, sapi itupun tak bergerak

Jonathan mendongak sedikit dari balik kemudinya, matanya beralih pada sisi mobil sebelah kanannya, keningnya berkerut memperhatikan sedikit goresan di wajah akibat menabrak badan trotoar saat berusaha menghindari sapi montok.

“Dasar sapi, ga tahu etika nyebrang…hancur dah mobil gue!” gerutunya dalam hati

Pada detik-detik menuju wafatnya diantara sakit luar biasa yang di derita si Sapi masih sempat berujar, “Ya Tuhan, ganteng sekali lelaki ini,” saat melihat wajah pemilik mobil.

“Wah Aku segera ke Vila, waktuku tinggl sejam lagi!” Ucap Jonathan mengurungkan niat seraya melihat jam di pergelangan tangan kanannya.

“Loo…yaahhh….kok ga jadi turun..heii kamu..jangan maen pergi aja dong…kamu harus turun dan melihat keadaanku.Jangan mentang-mentang aku sapi, terus kamu ga punya peri kemanusiaan. Asal kamu tahu aja ya, aku ini jadi sapi hanya sementara…-ngggookkk…nggookkk-” rutuk si Sapi kecewa

Wujud sapi pun berubah perlahan-lahan menjadi seorang perempuan cantik. Mata, telinga, hidung dan mulutnya mengalir darah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, si sapi mengucap sumpah “Hei Kau, sejak hari ini hidupmu akan di warnai oleh banyak wanita cantik dan seksi plus bohay, namun karena itulah hidupmu akan merana dan hatimu akan berdarah-darah. Sama persis seperti yang aku rasakan sekarang….camkan itu!”

-BERSAMBUNG-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun