Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Waktu yang Tenggelam

22 Februari 2013   06:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:54 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini terlalu murung bagiku

Bahkan matahari nampak angkuh bersinggungan dengan embun

Sama halnya sikapmu

Yang pagi ini begitu absurb

Ah, semiotika apa hendak kau sampaikan

Di satu waktu yang kusebut merindu

Belum cukupkah waktu yang berjalan

Dijadikan sebuah pembuktian

Bahwa sebuah rasa akan menunjukan jati dirinya

Yang aku ingat, saat itu kita tertawa dan bahagia.

Layaknya bumi yang bahagia menemukan titik orbitnya.

Tapi sekarang, yang aku ingat

kau dan aku hanya diam

aku memikirkanmu, kau memikirkannya.

Langit mendadak kelabu, karena ada yang patah hatinya,

Tapi, aku tahu, hidup tidak hanya sekedar berurusan dengan patah hati

jadi aku akan tetap tertawa dan bahagia, dengan atau tanpamu.

*********************************

*Kota minyak, 22 February 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun