Saya sangat menyukai travelling dan mengunjungi objek wisata yang mempunyai nilai sejarah. Salah satunya adalah mengunjungi objek wisata candi. Beberapa waktu yang lalu, saya berlibur ke daerah Jawa Timur, tepatnya daerah Tretes, Malang. Di sana saya mengunjungi beberapa tempat objek wisata, diantaranya adalah sebuah candi yang bernama Candi Jawi. [caption id="attachment_212264" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Jawi -dok.pribadi-"][/caption]
Sekilas candi ini terlihat biasa saja, namun dari bentuk nya yang ramping dan tinggi menjulang dengan puncak bangunan yang mengerucut membuat saya teringat pada Candi Prambanan. Bagi saya pribadi, ketika pertama melihat bangunan candi tersebut, cukup membuat kening berkerut, karena terdapatnya dua warna batu, pada kaki dasarnya berwarna hitam,sementara badan candi berwarna putih. Biasanya candi yang pernah saya kunjungi, selalu dibangun dengan warna batu yang senada.
[caption id="attachment_212266" align="aligncenter" width="300" caption="Dua Warna Batu pada Bangunan Candi -dok.pribadi-"]
Dari bentuknya yang sederhana dan jauh dari kesan megah, saya mengira bahwa candi tersebut di bangun untuk kepentingan pemujaan, Namun jika untuk candi pemujaan pun sepertinya tidak mungkin. Karena setelah saya perhatikan, posisi candi tersebut tidak menghadap gunung, melainkan membelakangi gunung. Saat akan memasuki pelataran candi, terlebih dahulu saya harus mengisi buku tamu, dan mengisi seperti kotak sukarela. Setelah mengisi buku tamu, saya ngobrol sebentar dengan penjaganya, saat itu terdiri dari 3 orang Bapak-Bapak. Mereka bertanya, saya berasal dari mana, saya katakan dari Balikpapan, Kalimantan-Timur, mereka agak terkejut, dan saya bertanya kenapa, dari jawaban yang saya peroleh ternyata objek wisata Candi Jawi sangat jarang sekali dikunjungi orang “jauh”. Dengan artian, bahwa objek wisata ini merupakan tempat yang hanya di kunjungi oleh penduduk setempat atau penduduk sekitar daerah tersebut.
[caption id="attachment_212265" align="aligncenter" width="300" caption="Nampak Bangunan Candi yang Membelakangi Gn. Pananggungan -dok.pribadi-"]
Ahkirnya saya masuk ke area candi, setelah melewati jembatan kecil, penghubung area luar dengan area dalam. Sekali lagi saya di buat kagum dengan keunikan candi ini, karena baru kali ini saya menemukan candi yang di sekitarnya di kelilingi oleh sebuah parit. Dengan hamparan bunga teratai. Suasana siang itu sangatlah terik, di tambah dengan letak candi yang sangat dekat dengan jalan raya. Kontrasnya perbedaan warna batu, cukup membuat silau bagi siapa saja yang melihat candi tersebut.
Sayapun melihat-lihat kondisi candi, memperhatikan setiap sudutnya. Termasuk relief yang berada di sisi candi. Reliefnya sangat halus, tidak seperti relief di candi-candi yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Terdapat tangga yang lumayan curam untuk menuju bangunan atas candi, Sebuah tangga yang tidak lebar, dengan arca binatang di sisi kanan dan kiri. Karena lebarnya yang seukuran satu orang saja, maka saat posisi naik dan turun, harus ada yang mau mengalah salah satu. Jadi bila ada pengunjung dengan posisi naik, maka pengunjung yang akan turun harus mau menunggu pengunjung sampai di atas.
[caption id="attachment_212268" align="aligncenter" width="300" caption="Tangga Menuju Graha Utama Candi (anggap tidak ada saya di tangga tsb) -dok.pribadi-"]
Saat mendekati ruang utama candi. Yang pertama kali nampak adalah sebuah batu dengan bentuk mirip altar, terbuat dari batu putih. Bergegas saya melihatnya, ternyata saya salah, setelah melihat dari dekat batu tersebut bukan altar, karena di tengahnya terdapat lubang. Dan jika tidak salah batu tersebut bernama Yoni.
[caption id="attachment_212270" align="aligncenter" width="300" caption="Yoni yang berada di bagian tengah dalam candi, tempat menyimpan abu Raja Kertanegara"]
Saya berada disana selama 3 jam. Banyak hal saya tanyakan pada pihak pengelola yang saya temui ketika mengisi buku tamu. Namun saya merasa bahwa jawaban yang di berikan, belum menjawab beberapa pertanyaan tentang candi tersebut. Termasuk mengapa saya tidak menemukan satu arca pun. Bukankah sebuah candi identik dengan arca.