[caption id="attachment_323358" align="aligncenter" width="800" caption="Foto tumblr"][/caption]
Lima ratus enam puluh lima hari yang lalu
Kita pernah duduk bersisian, pada tepi air mancur kota
Pada bangku yang bukan terbuat dari kayu
Tapi dari kokohnya beton dengan warna mulai pudar
Beriak air yang meluncur pada tepian kolam
Terasa begitu usil menggoda kita yang malu-malu
Perjumpaan yang di rundung kikuk meleleh tanpa terasa
Mungkin, jika mantra Tuhan tidak berteriak syahdu
Kita akan memilih tetap lelap dalam perbincangan hati
Dan enggan saling beranjak
---
Kemudian,
Tiga ratus enam puluh lima hari yang lalu
Kita putuskan untuk bertemu pada sebuah dermaga tua nan kumuh
Yang hanya mempunyai satu lampu redup berkarat nyaris sekarat
Namun terdapat banyak sampan di sana
Diam menjadi bahasa pengantar ucapan selamat tinggal dan selamat berpisah
Di batas waktu…ketika itu
Aku berjalan menjauh darimu, menuju sampan yang bukan milikmu
Kamu pun berjalan menjauh dariku, menuju sampan yang bukan milikku
Satu-satunya yang tersisa dari batas dermaga..ketika itu
Adalah..Kau dan aku masih merasa sebagai kita
Padahal sebuah pengingkaran sudah di tetapkan
---
Kini,
Enam puluh hari yang lalu
Kita memutuskan kembali bertemu, di dermaga yang sama
Tanpa memperdulikan berapa jumlah lampu yang sekarat dan berkarat
Atau jumlah sampan yang makin semarak
“Ada kebodohan yang harus segera di selesaikan”...Kita bergumam
Rasa kita lebih dahsyat dari setiap pengingkaran yang kita pilih
Sejauh apapun aku mengayuh sampan milikku, hatiku kerap berontak meloncat mencari sampanmu
Begitu pun dirimu
Sejauh apapun kau kayuh sampan megahmu, hatimu sering menjadi luluh lantak saat tak menemukan jejak sampanku
Kita pernah saling ingin menjauh, pernah ingin saling melupakan mungkin pernah ingin saling membenci
Namun rasa ini terlalu murni, untuk mengingkari aku dan kamu adalah kita
Badai pasti akan selalu datang, menyaru dalam banyak bentuk
Tapi percayalah, seperti katamu “Kita akan lebih kuat daripada badai”
Ya, aku percaya padamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H