Semarang- Jalan tol menjadi salah satu tulang punggung pembangunan nasional yang memiliki peran krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengintegrasikan wilayah, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan hadirnya jalan tol akan mempercepat distribusi barang dan jasa, membuka akses ke berbagai layanan publik, dan juga dapat menarik investasi. Namun, terdapat banyak kerentanan yang masih menjadi momok dalam pembangunan proyek jalan tol ini. Salah satunya diantara banyaknya pro kontra yang timbul diantaranya kelestarian lingkungan yang dikorbankan serta masalah relokasi masyarakat yang terdampak akibat pembagunan jalan tol ini.
Proyek Jalan Tol Demak Semarang melibatkan pembangunan jalan tol sepanjang 27 km dengan bagian yang di bangun di atas air dengan tujuan utamanya untuk mengurangi kemacetan di jalan yang menghubungkan Kota Semarang dan Kabupaten Demak yang sangat penting untuk rute ekonomi antara Jabar dan Jatim. Proyek ini juga dimaksudkan untuk mengatasi banjir yang terus menjadi masalah serius di kawasan Kaligawe dan Sayung. Alih-alih dapat mengatasi bencana tersebut, pada kenyataannya pembangunan jalan tol ini telah menelan sekitar 46 hektar hutan bakau di sepanjang pantai Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Hal ini menunjukkan kompromi antara pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan harus ditanggapi dengan serius.
Selain permasalahan lingkungan di atas, pembangunan proyek ini juga justru menyebabkan  banjir rob di kawasan Sayung-Demak serta kemacetan lalu lintas. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar tentang keefektifan pembangunan proyek jalan tol ini dalam mengatasi permasalahan yang terjadi sebelumnya namun nyatanya malah menimbulkan masalah baru.
Pembangunan proyek jalan tol ini memang menjadi salah satu katalis dalam  pembangunan nasional akan tetapi aspek-aspek permasalahan yang ditimbulkan juga perlu menjadi perhatian. Dalam proses perencanaan dan implementasinya diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat, pemangku kepentingan, dan pemerintah. Kompensasi yang jelas terhadap masyarakat yang terdampak juga sangat diperlukan untuk memastikan mereka menerima kompensasi yang adil dan dukungan untuk relokasi atau adaptasi terhadap lingkungan baru.
Untuk permasalahan yang timbul seperti banjir rob dan kemacetan di sekitar lokasi pembangunan, mungkin hal ini merupakan dampak sementara dikarenakan pembangunannya masih berjalan. Proyek yang ditargetkan rampung pada Februari 2027 ini diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi ketika sudah resmi beroperasi nantinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H