Mohon tunggu...
Novi Ardiani (Opi)
Novi Ardiani (Opi) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biogas: Sumber Energi Terbarukan untuk Indonesia Mandiri dan Mendunia

30 Desember 2015   18:11 Diperbarui: 30 Desember 2015   19:18 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari segi teknologi, biogas dapat diproduksi dengan teknologi yang sederhana lagi murah. Tidak perlu alat-alat yang canggih dari luar negeri, beberapa peneliti kita ternyata telah mengembangkan reaktor atau digester biogas lokal yang cukup bersaing.  Untuk jangka panjang, biogas sangat menjanjikan sebagai jalan keluar dari ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil yang melilit ekonomi rakyat.  Biogas sangat menjanjikan untuk menuju kemandirian energi sebuah bangsa karena mendorong kita berupaya mengembangkan sesuatu dari sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.  Ini sekaligus sangat sesuai dengan misi cinta bumi dan Go Green.  Membudayakan kemandirian dan cinta lingkungan adalah ciri bangsa yang mau maju. 

 

Dari segi produktivitas, biogas cukup menjanjikan karena hasil sampingnya berupa pupuk organik (banyak kandungan Nitrogen dan Phospor) yang dapat digunakan sebagai penyubur untuk industri pangan lainnya.  Pada awalnya secara konvensional, sampah organik yang telah dipilah diarahkan untuk diolah menjadi pupuk organik.  Tetapi, apabila bisa diarahkan untuk menghasilkan baik biogas dan pupuk organik, mengapa tidak?  Tambahan lagi, upaya untuk mengelola sampah organik menjadi biogas mungkin lebih bermakna dibandingkan dengan perang politik negara-negara dalam memperebutkan sumber minyak yang akhirnya belum tentu menguntungkan bagi negara tempat terdapatnya sumber minyak. 

 

Dipandang dari berbagai sisi baik ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan budaya, pengembangan pemanfaatan biogas memperlihatkan perspektif yang positif.  Tetapi, nampaknya memang masih akan menemui jalan yang panjang untuk sampai pada ikhtiar utuh menyatukan kemauan dalam pengelolaan sampah organik menjadi biogas.  Terlebih lagi meng"encourage" Pemerintah untuk merumuskan kebijakan pengunaannya dalam skala nasional.  Sebab, ini membutuhkan integrasi yang utuh dari berbagai lini.

 

Jalan Panjang Substitusi oleh Biogas

Mengapa butuh jalan panjang untuk sampai pada tahap di mana Pemerintah mengeluarkan kebijakan penggunaan biogas sebagai sumber energi subsitusi bahan bakar fosil pada skala nasional?... Ya, Mendasar sekali kita akan meninjaunya dari sisi mental dan kebiasaan.  Hasil penelitian tentang berapa perbandingan bakteri anaerob dengan biomassa sampah organik yang akan direaksikan dalam digester untuk menghasilkan biogas dengan kandungan metana yang tinggi mungkin sudah banyak.  Begitu pula tentang bahan apa yang paling baik untuk digunakan sebagai digester, apakah fiberglass atau bahan lainnya. Apa kelemahan dan kelebihan masing-masing jenis sampah organik dan limbah industri dalam menghasilkan biogas yang bernilai ekonomis tinggi dalam skala industri juga mungkin sudah banyak dipelajari.  Tetapi, bagaimana mengubah mental kita untuk yakin, siap, dan mau menggunakan biogas sebagai pengganti bahan bakar fosil mungkin masih perlu ditata lebih mendasar.

 

Apabila dalam skala industri biogas sudah siap untuk dikembangkan, kita perlu mempersiapkan skema-skema pendukung di sisi implementatifnya. Kita ambil contoh di Jerman sebagaimana dikisahkan di http://bahanbakar-gas.blogspot.co.id/2012/06/sampah-organik-sebagai-bahan-bakar-gas.html.  Sampah organik dari pasar induk serta sisa sampah makanan dari kantin dan restoran yang melimpah di kota Stuttgart, Jerman diolah menjadi biogas untuk bahan bakar mobil.  Pencetus dari dilakukannya upaya ini adalah sebuah ironi dimana harga bahan bakar fosil selalu naik dan dirasa begitu mencekik oleh para pengendara mobil, sementara di sisi lain ada hasil riset pasar yang membuktkan bahwa di Jerman sekitar separuh dari bahan pangan ternyata tidak dikonsumsi dan pada akhirnya mendarat di tempat sampah.  Setiap tahunnya sampah bahan pangan bisa mencapai volume sekitar 20 juta ton. Luar biasa.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun