Mohon tunggu...
Novi Ardiani (Opi)
Novi Ardiani (Opi) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biogas: Sumber Energi Terbarukan untuk Indonesia Mandiri dan Mendunia

30 Desember 2015   18:11 Diperbarui: 30 Desember 2015   19:18 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal tahun 2012, para peneliti di Jerman memulai proyek instalasi biogas ini.  Bahan baku sampah dipasok dari pasar induk kota Stuttgart dan kantin kampus dekat lokasi.  Alkisah, project yang diberi nama “Etamax” itu didukung dana dari Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman.   Nah, di Jerman kendaraan pribadi maupun transportasi publik dengan bahan bakar gas sudah lebih lazim daripada di negara kita.  Sementara di negara kita, masih menjadi PR untuk menambah lebih banyak persentase penggunaan kendaraan berbahan bakar gas, terutama bahan bakar biogas. Bukan hanya terbatas untuk kendaraan publik, tetapi juga kendaraan pribadi.  Ini sebuah tantangan bukan?...

 

Di Indonesia, masalah sampah tidak sesederhana itu. Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memilah sampah berdasarkan jenisnya. Jangankan memilah sampah, untuk daerah tertentu membuang sampah pada tempatnya saja masih jadi PR besar yang butuh kekuatan doktrinasi.   Di kota-kota besar, mungkin sudah mulai digalakkan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, untuk kemudian dimanfaatkan.  Sampah organik diolah menjadi pupuk organik.  Sampah non organik dimanfaatkan menjadi produk daur ulang yang bernilai cinta lingkungan (ecocraft).  Di tempat domisili saya di Depok, Jawa Barat, yang merupakan wilayah percontohan Bank Sampah, pengelolaan sampah rumah tangga menjadi sangat hits walau menghadapi banyak tantangan.  Mindset zero waste secara masif didoktrin melalui berbagai wahana, walaupun yang kurang peduli pun masih ada.  Itulah jalan panjang yang harus dilalui. 

 

Dalam skala-skala yang sifatnya sporadis, pemanfaatan sampah organik dan kotoran ternak sebetulnya sangat menggembirakan.  Sebuah SMA Negeri di Bogor Jawa Barat, sudah memanfaatkan sampah daun kering dari halaman sekolah dan sampah organik dari sisa makanan di kantin sekolah untuk diolah menjadi biogas.  Digester yang digunakanpun produksi lokal.  Dari digester, biogas yang dihasilkan kemudian dialirkan dengan pipa untuk bahan bakar gas di kompor-kompor pemasak di kantin sekolah.  Walhasil, kebutuhan gas dapat dipenuhi tanpa harus membeli LPG.  Kita juga patut berbangga karena sudah punya tokoh perempuan pengembang biogas semisal Sri Wahyuni, yang sangat inspiratif kisah hidupnya.   Dengan kerelaan hati, perempuan asal Jawa Timur  yang dibesarkan di Pulau Buru ini melepaskan status dosen PNS nya untuk terjun lebih dalam sebagai pengusaha biogas.  Lebih dari 320 kabupaten telah dijamahnya untuk pengembangan biogas.  Bukan hanya dari kotoran ternak, bahkan kotoran manusia pun diolahnya menjadi biogas   (https://www.youtube.com/watch?v=bd_1Zahjbdc).

 

Ya, mengubah perilaku itu membutuhkan effort yang kuat dan kemauan yang bulat. Naungan kebijakan dari Pemerintah juga salah satu yang utama. Mengubah perilaku untuk mulai sadar memilah sampah, dan memanfaatkan sampah itu menjadi sumber energi agar kita jadi mandiri, bukan perihal setahun dua tahun. Tapi juga bukan ratusan tahun seperti proses evolusi.  Ini revolusi.  Segera namun tidak terburu-buru.  Cepat tetapi tidak cacat.  Melangkah tetapi tidak gegabah.  Menurut saya, inilah revolusi mental yang sesungguhnya.  Mengubah mental kita untuk lebih tangguh dan bertanggung jawab menjadi mandiri. Pantang meminta-minta dan dibodohi.  Tidak ada yang lebih tangguh dan bertanggung jawab selain mampu memanfaatkan sampah kita sendiri untuk energi kita yang tidak dicampuri oleh asing manapun. 

 

Jika kita sudah punya mindset kemandirian energi yang kuat, bisa jadi banyak negara akan iri. Karena Indonesia bisa akan punya power yang teramat power.  Wow. Meskipun power itu dari sampah.  Indonesia maju dan mandiri itulah yang ditakuti oleh dunia.  Mereka yang tidak mau kita maju dan mandiri akan dengan segenap upaya mengkerdilkan bangsa kita.  Tentu akan banyak tantangan untuk bisa persistent dalam mindset kemandirian ini.  Bayangkan jika seluruh sampah yang ada di negara Indonesia ini bisa dikonversi semaksimal mungkin menjadi biogas. Pada saat yang sama sampah akan terus dihasilkan dari aktivitas manusia.  Logikanya biogas itu akan terus ada. Bisa jadi kita tak hanya bisa mencukupi kebutuhan energi dalam negeri, tetapi bisa menjadi penyuplai energi bagi negara-negara lain di dunia yang miskin sumber daya.

 

Pertanyaannya apakah Pemerintah akan berkenan dengan konsep kemandirian energi, yang asal muasalnya dari sampah?  Apakah semua pihak mau saling bergandengan tangan dan bahkan berangkulan agar kesadaran memilah sampah ditingkatkan, suasana kondusif dikembangkan untuk perubahan perilaku, pengelolaan sampah digiatkan hingga ke lini terkecil, kebijakan transportasi publik dan kepemilikan kendaraan dibenahi?  Itu bagian kecil saja dari  rangkaian yang terkait apabila berniat menggunakan biogas sebagai jalan subsitusi energi.  Kalau jawabannya mau, pastilah kita bisa berupaya agar jalan panjang penuh tantangan menjadi lebih menyenangkan untuk dilalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun