Mohon tunggu...
Novi Tri Kurniasih
Novi Tri Kurniasih Mohon Tunggu... -

Q mahasiswi pgsd FKIP UNS kampus VI kebumen yang biasa2 ajah........

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CritieZ.....

30 November 2010   02:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Menurut Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Menurut Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis yaitu proses intelektual secara aktif dalam membuat suatu konsep, menganalisis, mensintesis, memecahkan masalah, menyimpulkan, dan mengevaluasi dengan memberdayakan keterampilan atau strategi kognitifnya.

Dengan mengasumsikan bahwa peserta didik adalah orang dewasa yang dapat merencanakan tujuan secara aktif, memilih bahan yang baik dan bermanfaat, dapat memilih cara yang baik untukbelajar menganalisis dan membuat kesimpulan serta mampu mengambil manfaat dari pendidikan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka dalam pembelajaran pendidik harus berdasarkan pada pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki siswa.

Ada tiga unsur penting dalam pembelajaran kritis yaitu peserta didik, pendidik, dan realitas masyarakat. Antara peserta didik dan pendidik mempunyai posisi yang sejajar dalam pembelajaran, yaitu subjek-subjek. Keduanya sama-sama belajar. Peserta didik maupun pendidik mestinya berangkat dari asumsi bahwa masing-masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Sehingga yang perlu dilakukan dalam pembelajaran kritis yaitu berdialog, saling menawarkan atau memberi tentang apa yang telah mereka pahami dan mengerti. Tujuan dari pembelajaran kritis ini yaitu untuk menjadikan anak lebih kritis dan nantinya mampu menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun